Beberapa supporter Arema FC yang menjadi korban tragedi Kanjuruhan mengalami mata merah hingga berhari-hari setelah terpapar gas air mata. Mata merah berhari-hari ini bisa dipicu oleh reaksi alergi terhadap zat kimia dalam gas air mata.
Gas air mata, walau namanya gas, ia adalah bubuk bertekanan yang akan menciptakan asap saat digunakan. Kandungan kimia yang paling umum digunakan adalah 2-chlorobenzalmalononitrile (CS), oleoresin capsicum (semprotan merica), dibenzoxazepine (CR) dan chloroacetophenone (CN).
Terpapar gas air mata akan memicu iritasi di saluran napas, mata dan kulit. Rasa sakit yang terjadi disebabkan zat kimia dalam gas air mata berikatan dengan dua reseptor nyeri (TRPA1 dan TRPV1).
TRPA1 adalah reseptor rasa sakit yang sama dengan wasabi dan lobak untuk memberikan rasa yang kuat. Tetapi bedanya, CS dan CR memiliki reaksi 10 ribu kali lebih kuat daripada yang ditemukan dalam sayuran ini.
Reaksi instan di mata setelah terpapar gas air mata termasuk menangis, kelopak mata tertutup tanpa disengaja, gatal, rasa terbakar, kebutaan sementara, pandangan kabur dan luka bakar.
Sedangkan paparan gas air mata dalam waktu lama atau dalam jarak dekat berisiko menyebabkan kebutaan, perdarahan, kerusakan saraf, katarak dan erosi kornea.
Efek iritasi yang dirasakan tergantung dari berapa banyak seseorang terpapar gas air mata. Selain itu juga dipengaruhi oleh apakah berada di ruang terbuka atau tertutup dan berapa banyak gas yang digunakan.
Seberapa dekat Anda dengan gas air mata yang ditembakan, dan apakah Anda memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya – seperti asma – bisa menyebabkan reaksi berat.
Dalam sebuah laporan tahun 2016 di jurnal Annals of the New York Academy of Sciences menyuarakan klaim bahwa gas air mata bisa sangat mengancam jika digunakan dari dekat.
”Cedera parah dan kematian telah dilaporkan terjadi akibat pemakaian gas air mata secara massif,” tulis laporan itu. “Ini sering disebabkan oleh dampak langsung atau paparan jarak dekat dari amunisi gas air mata yang menyebabkan cedara kepala, mata dan luka bakar.”
Sebagai catatan, cedera (trauma) terkait penggunaan gas air mata tidak semata-mata akibat zat kimia di dalamnya, tetapi juga chaos saat orang-orang berlarian menghindari paparan gas, persis seperti kejadian tragedi Kanjuruhan.
Dalam kasus tragedi Kanjuruhan, sebagaimana dilansir dari Detikcom, mantan Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila F Moelok, SpM(K), mengatakan bila ada kemungkinan terjadi reaksi alergi yang menyebabkan mata merah hingga berhari-hari.
"Bisa juga iritasi. Kalau pendarahan merahnya benar-benar melebar. Tapi, kalau merah seperti orang alergi, bisa juga di alergi," lanjutnya, Kamis (13/10/2022).
Prof. Nila menambahkan bila mata merah pada sclera (bagian putih mata) bisa kembali normal. Namun, masa pemulihannya berbeda-beda tiap orang. “(Masa pemulihannya) tergantung, kalau alergi pada setiap orang bisa berbeda-beda,” katanya.
Walaupun jarang, reaksi alergi terhadap gas air mata pernah dilaporkan dalam ulasan Dermatoses at Work and in the Environment. Setidaknya ada lima kasus dermatitis kontak alergi (di kulit) karena gas CN dan satu kasus tambahan karena paparan CS.
American Lung Association juga sudah mengingatkan bahwa gas air mata bisa menyebabkan reaksi alergi dan gangguan napas. Mereka yang terlebih dulu memiliki asma atau penyakit sumbatan paru kronis (COPD) berisiko lebih besar mengalami gejala berat yang memicu gagal napas.
Segera cuci mata setelah terpapar gas
CDC menegaskan jika Anda terpapar gas air mata, segera ganti pakaian, cuci/mandi menggunakan sabun dan cari pertolongan medis. Selain itu lakukan:
- Jika mata terasa terbakar atau pandangan menjadi buram, cuci mata menggunakan air bersih selama 10-15 menit.
- Jika Anda memakai lensa kontak, lepaskan dan jangan dipakai kembali (bahkan jika Anda tidak membawa lensa kontak cadangan).
- Bila Anda memakai kaca mata, cuci kaca mata menggunakan air dan sabun. Anda bisa memakai kembali setelah dicuci. (jie)
Baca juga: Gas Air Mata Mengganggu Kesehatan, Sudah Dilarang FIFA