Jahe atau mengkudu telah lama dikenal sebagai obat atau jamu oleh masyarakat Indonesia. Kombinasi kedua herbal tersebut ternyata juga bermanfaat untuk menunjang pengobatan tuberkulosis.
Indonesia adalah Negara dengan penderita tuberkulosis (TB) nomor 4 terbanyak di dunia. Secera global terdapat 12 juta kasus TB per tahun. Di Indonesia tercatat 730.000 kasus per tahun, ini setara dengan 297 kasus per 100.000 penduduk.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh myobactericum tuberculosis, yang punya karakteristik pertumbuhannya lambat. Penularannya melalu udara, biasanya mengenai paru dan juga dapat mengenai organ lain di dalam tubuh, seperti lapisan sawar otak, tulang atau ginjal.
Menurut dr. Arifin Nawas, SpP(K), MARS,FISR, Anggota Dewan Penasehat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, gejala umum penderita TB seperti demam, kadang-kadang menggigil, keringat malam, penurunan nafsu makan, berat badan menurun dan gampang merasa lelah (fatique).
“Tanda khusus seperti batuk berdahak lama (2-3 minggu), nyeri dada, kadang disertai batuk berdarah,” tambah dr. Arifin. “Pengobatan obat anti TB (OAT) dengan kombinasi dua atau empat obat.”
Dalam perkembangannya, mulai diujicobakan penambahan herbal sebagai penunjang pengobatan standar yang sudah dilakukan. Yakni memakai kombinasi ekstrak mengkudu (morinda citrifolia) dan jahe merah (zinger officiale).
“Pada dasarnya infeksi kuman TB akan mengganggu sitem imun tubuh. Mengkudu mengaktivasi imunitas. Dan kombinasi mengkudu dengan jahe merah memberi efek sinergi sebagai antimikroba,” papar dr. Arifin.
Penelitian dr. Arifin, dkk., tersebut mengambil sampel 100 orang; 58 perempuan & 42 pria, 55 orang tidak merokok, sebanyak 36 orang memiliki hasil BTA 3+ di minggu ke 0. Subyek dibagi menjadi dua kelompok : mongonsumsi obat OAT+ kombinasi ekstrak mengkudu dan jahe merah, dan obat OAT + plasebo (obat kosong).
Terapi dilakukan selama enam bulan. Pemeriksaan meliputi gejala, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam); BTA 3+ berarti ditemukan > 10 BTA per 1 lapang pandang (pembesaran cairan spuktum paru 1000 kali lipat menggunakan mikroskop).
Studi tersebut menyimpulkan dalam watu < 6 minggu, sebanyak 20 partisipan kelompok mengkudu+ jahe mengalami konversi, dibandingkan 13 responden kelompok plasebo. Percepatan konversi berarti dapat mengurangi penularan TB.
Kecepatan konversi pada pasein dengan status gizi normal atau lebih, 2,7 x lebih cepat dibanding pada partisipan yang kurang gizi. Kecepatan konversi pada pasien dengan BTA 1+ lebih cepat 4x dibanding responden dengan BTA 3+.
“Ekstrak jahe atau mengkudu baik tunggal atau kombinasi masing-masing memiliki efek pada mycobacterium tuberculosis pada konsentrasi tertentu. Suplementasi kombinasi ekstrak mengkudu dan jahe dapat diberikan sebagai tambahan pada pasien TB yang sedang menjalani pengobatan TB,” tutup dr. Arifin. (jie)