Keharmonisan keluarga turut ditentukan oleh kualitas hubungan seksual suami dan istri. Seks yang berkualitas adalah saat suami istri melakukannya dengan intimasi (make love) tidak sebatas having sex.
Merasa nyaman saat berhubungan intim, sangatlah penting bagi pasangan suami-istri. Ini adalah salah satu hal yang menentukan kelanggengan hubungan rumah tangga. Masih banyak anggapan jika melakukan hubungan seks adalah masalah ‘hak’ dan ‘kewajiban’; jika sudah menunaikan kewajiban atau mendapatkan haknya, masalah selesai.
Ternyata konsep tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Hubungan seks yang demikian dapat diartikan sebagai having sex bukan make love. Terdapat perbedaan mendasar antara make love dan having sex.
“Having sex hanya melibatkan ketertarikan fisik, sementara making love lebih dari sekedar fisik. Di sana ada emosi, perasaan yang mendalam dan komunikasi,” papar Jovita Ferliana MPsi, Psi, dalam peluncuran kondom Durex iNViSiBLE, Mei 2017.
Lebih jauh ia menjabarkan, ada beberapa faktor yang mendukung suatu hubungan akan berkualitas. Pertama, keintiman. Melibatkan kedekatan secara emosi, kehangatan, dukungan, terbuka satu sama lain dan kompromi. Ini adalah layaknya seorang sahabat dekat memiliki hubungan emosi yang kuat.
Kedua, passion atau hasrat. Ini adalah bentuk paling dasar saat bercinta, karena melibatkan ketertarikan fisik / seksual. Passion ini menjelaskan fenomena ‘cinta pada pandangan pertama’. Ketiga, komitmen. Muncul perasaan ingin menjadi satu dalam ikatan jangka panjang. Di sana ada usaha menyelesaikan konflik demi mempertahankan sebuah hubungan.
“Kalau semua unsur tersebut terpenuhi dapat disebut sebagai sebuah hubungan yang berbahagia. Satu saja unsur tadi tidak ada, hubungan dapat menjadi tidak berkualitas,” tegas Jovita.
Saat melakukan hubungan suami istri, penting kedua belah pihak terpuaskan, baik secara fisik atau emosional. Hubungan seks yang berkualitas membuat baik suami atau istri menjadi lebih bahagia, memandang hidup lebih positif.
Yang perlu dipahami adalah sebuah hubungan adalah sesuatu yang tidak konsisten, kadang baik atau buruk. Sehingga perlu dijaga dan dipelihara (diupayakan) kedua belah pihak. Variasi gaya bercinta bukanlah hal yang tabu untuk dilakukan oleh suami istri.
“Baik suami atau istri akan menganggap pasangannya adalah individu yang mendukungnya, sehingga timbul perasaan untuk membahagiakan pasangan. Penelitian menunjukkan tiap 3 bulan sekali disarankan untuk melakukan variasi gaya. Itu sebabnya, perbanyak referensi gaya-gaya bercita, lakukan sesuai kesepakatan bersama,” tutup Jovita. (jie)