Lemak Jenuh pada Susu Turunkan Risiko Penyakit Jantung | OTC Digest

Lemak Jenuh pada Susu Turunkan Risiko Penyakit Jantung

Lemak Jenuh pada Susu Turunkan Risiko Penyakit Jantung

 

Mendengar kata ‘lemak’, kita langsung terbayang dengan gelambir di perut serta berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner (PJK). Betul bahwa mengonsumsi lemak jenuh dan lemak trans secara berlebihan meningkatkan risiko kegemukan dan penyakit degeneratif. Namun uniknya, lemak susu justru menurunkan risiko tersebut, meski susu mengandung asam lemak jenuh dan lemak trans. Ini terungkap dalam Diskusi Cerdas Frisian Flag beberapa waktu lalu di Jakarta.

Secara umum, susu mengandung 3-4% lemak. Di dalamnya terdapat >50 jenis asam lemak, dengan komposisi yang unik dan kompleks. Yakni asam lemak jenuh (90%), asam lemak tak jenuh (5,3%) dan asam lemak trans (3,7%). Uniknya lagi, susu tidak hanya mengandung asam lemak rantai genap melainkan juga yang rantai ganjil. “Asam lemak rantai genap umum ada di bahan makanan, sedangkan rantai ganjil jarang,” ujar Dr. Marudut, MPS, ahli gizi dan dosen di Jurusan Gizi – Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II.

Selama ini, lemak jenuh selalu dikaitkan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah/kardiovaskular alias PKV. Ini karena lemak jenuh berpotensi meningkatkan kolesterol ‘jahat’ LDL yang bisa menempel di dinding pembuluh darah dan menjadikannya ‘berkerak’, kaku dan menyempit (aterosklerosis).

Dalam pedoman gizi seimbang, lemak digolongkan bersama gula dan garam, yang menempati puncak piramida. Artinya, konsumsi sedikit saja. Lemak di sini mengacu pada makanan berlemak tinggi seperti gajih, kulit ayam atau makanan yang digoreng, karena sebenarnya lemak merupakan makronutrisi. Ini bisa didapat dari ikan, daging unggas dan daging merah, susu, serta berbagai sumebr protein nabati. 

Dr. Marudut memaparkan penelitian yang dilakukan oleh Otto de Oliveira, dkk, yang menyelidiki efek lemak jenuh susu terhadap risiko penyakit kardiovaskular. Peneiltian melibatkan 5.209 orang (multi etnis) usia 45 – 84 tahun, yang diikuti selama tahun 2000 – 2010. “Hasilnya, peningkatan asupan lemak jenuh dari susu sebanyak  5 g/hari dapat menurunkan risiko PKV sebesar 21%,” ujarnya. Adapun untuk tiap peningkatan 5% energi dari lemak jenuh susu, risiko PKV turun hingga 38%. Namun anehnya, asupan lemak jenuh yang lebih tinggi dari daging merah berhubungan dengan peningkatan risiko PKV.

Dan, jangan takut gemuk bila minum susu. Penelitian kohort prospektif berbasis meta analisis yang dilakukan oleh Lu L, dkk (2016) justru menunjukkan sebaliknya. Studi yang melibatkan >46.000 anak dan remaja ini menemukan, mereka yang konsumsi susunya paling tinggi (2-3 porsi/hari) memiliki risiko terhadap kegemukan/obesitas yang lebih rendah. “Pengurangannya 38% dibandingkan anak yang asupan susunya sedikit,” terang Dr. Marudut.

Belum jelas apa yang menjadikan lemak susu memiliki efek berbeda dari lemak lainnya. Benoit Lamarche, Ph.D, FAHA pengajar di Universitas Laval, Canada, dalam laman dairynutrition menjelaskan kemungkinan mekanisme ini. Menurutnya, susu mengandung beberapa nutrisi lain yang turut berperan menurunkan risiko PKV. Antara lain asam lemak trans palmitoleat yang dikaitkan dengan peningkatan kolesterol ‘baik’ HDL; penurunan trigliserida, protein C-reaktif, resistensi insulin dan diabetes. Susu juga kaya akan kalsium, kalium dan fosfor, yang bisa menurunkan tekanan darah. Komponen nutrisi dalam susu bekerja secara sinergis dalam mengoptimalkan kesehatan, mempertegas pentingnya makanan utuh ketimbang nutrisi tunggal; begitu tulisnya.

Susu pun mengandung asam lemak trans. Namun, jenisnya berbeda dengan lemak trans hasil industry, yang kerap dikaitkan dengan berbaga penyakit. Apa bedanya? Simak artikel berikutnya, Uniknya Lemak Trans Susu, justru Menurunkan Risiko Diabetes.