Opa Didi yang sudah ompong, rasa percaya dirinya timbul kembali setelah memakai gigi palsu. Ia juga dapat kembali menyantap makanan kesukaannya sate ayam, meski harus mengunyah secara hati-hati. Juga saat tertawa lepas, ia perlu waspada. Ia tidak ingin menanggung malu seperti temannya, yang gigi palsunya “meloncat” di tengah keramaian.
Gigi palsu/tiruan memang dapat mengganti gigi yang tanggal. Gigi bukan semata alat mengunyah atau menggigit. Gigi layaknya “makhluk” sosial; ia tidak bisa berdiri sendiri alias membutuhkan gigi lain untuk berdiri tegak. Gigi geligi kita saling menunjang.
Sebuah survei di Indonesia menunjukkan, 14% penduduk usia >15 tahun memakai gigi palsu. Gigi palsu, seperti pada opa Didi, dapat membantu mereka yang giginya tanggal/ompong; sebagian atau semuanya.
Gigi palsu, khususnya gigi tiruan lepasan, bukan tanpa masalah. Makanan dapat terselip antara gusi dan gigi palsu. Si pemakai tidak bisa mengunyah makanan yang terlalu keras atau lembek dan lengket. Gigi tiruan juga mudah bergeser atau lepas, dan daya gigitnya tidak sekuat gigi asli.
Menurut ahli gigi tiruan, Prof. Dr. Suzan Elias, drg., SpPros, dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta, kelemahan gigi palsu itu dapat diatasi dengan lem khusus yang antara lain mengandung zat aktif water magnet. “Zat ini berfungsi menarik kelembaban dalam mulut, hingga gigi tiruan dapat menempel dengan baik,” ujarnya.
Biasanya, pemakai gigi palsu harus menahan gigi mereka dengan lidah saat tertawa untuk menjaga agar tidak terlepas. Hal ini dapat diatasi dengan lem khusus yang akan menambah kekuatan gigitan dan gerakan mengunyah. Juga, mengurangi kemungkinan pemakai memainkan gigi tiruannya yang berisiko pada iritasi gusi.
“Lem ini dapat melekatkan gigi palsu ke gusi 8-12 jam. Selama waktu itu, yang bersangkutan bisa bicara atau makan tanpa takut gigi terpental keluar,” ujar Prof. Suzan.
Penelitian menunjukkan, setelah 12 jam penggunaan lem, sisa makanan yang terjebak pada gigi tiruan menurun. Kurang dari 40 mg berat partikel yang menempel pada gigi palsu yang menggunakan lem, sementara yang tanpa lem berat sisa makanan sekitar 140 mg.
Berkurangnya sisa makanan, berbanding lurus dengan berkurangnya bau mulut. Dan produk lem yang ditambahi zat aktif pappermint, akan memberi sensasi segar di mulut.
Tak perlu takut kalau sampai tertelan, karena sudah diuji keamanannya. Jika ingin melepas gigi tiruan tinggal berkumur, lalu rendam gigi pada air biasa dan biarkan gusi beristirahat sebelum memakainya lagi.
Manfaat lain memakai gigi palsu. “Jika dibiarkan ompong akan mempengaruhi gigi ‘lawan’, dan gigi sebelahnya akan miring karena tidak punya sandaran,” kata Prof. Suzan. Belum lagi soal estetika. (jie)