Minggu (02/04/2017), sekitar 7.000 orang memadati area parkir Keong Mas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Peserta yang sebagian besar adalah perempuan, antusias mengikuti kegiatan Indonesia Bebas Anemia. Termasuk melakukan senam Anemiaction bersama-sama.
Anemia berarti kadar hemoglobin (Hb) rendah, di bawah batas normal. Pada perempuan usia 15 tahun ke atas yang tidak hamil, kadar Hb idealnya minimal 12 mg/dL, dan pada laki-laki 13 mg/dL. Di bawah batasan ini, disebut anemia. Anemia paling sering disebabkan oleh kekurangan zat besi.
Selain memperbaiki nutrisi, latihan fisik juga perlu dilakukan. Tidak perlu berat, asal dilakukan secara rutin. Misalnya, seperti senam Anemiaction. “Tujuannya bukan untuk menyembuhkan anemia, tapi agar tubuh bugar sehingga bisa beraktivitas dengan baik. Senam Anemiaction merupakan salah satu pilar dalam solusi total untuk penanganan anemia,” tutur dr. Michael Triangto, Sp.KO dari slim+Health Clinic, Jakarta.
Latihan fisik akan meningkatkan efisiensi tubuh untuk mengikat oksigen dengan lebih baik, terutama dengan latihan kardio (aerobik). Karakteristiknya, gerakan dilakukan berulang-ulang, intensitas ringan-sedang, dan bisa dilakukan dalam jangka waktu panjang. “Dengan demikian bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk penderita anemia,” imbuh dr. Mike.
Pada pemanasan, senam Anemiaction memasukkan banyak peregangan (stretching), dengan gerakan yang membentuk huruf-huruf A-N-E-M-I-A. “Setelah itu masuk gerakan inti, yang melatih kekuatan. Mulai dari tubuh bagian bawah, tengah, lalu atas,” terang dr. Mike. Senam ini bisa dilakukan 4-7 kali seminggu, tapi disesuaikan dengan kondisi tiap orang. Bila sudah menderita anemia berat, cukup 2x. untuk dirasinya, tetap gunakan patokan 150 menit/minggu. Maka bila melakukannya 5x seminggu, lakukanlah selama 30 menit.
Penyebab anemia harus diatasi, agar kadar Hb kembali naik ke batas normal. “Selama menunggu hasil dari peningkatan Hb, keluhan seperti lemah, letih dan lesu bisa diatasi atau diminimalkan dengan senam Anemiaction,” ujar dr. Mike. Ia menegaskan, penderita anemia tidak boleh berolahraga berat. Namun, tidak beraktivitas sama sekali juga tidak disarankan. Yang terbaik, “Lakukan latihan fisik yang terstruktur, terprogram, teratur, dan dilakukan secara berkesinambungan.”
Dari segi nutrisi, penuhi kebutuhan akan zat besi, baik dari seumber hewani maupun nabati. Sumber hewani misalnya daging merah, unggas dan ikan, sedangkan sumber nabati sayuran hijau. “Keduanya harus dikonsumsi agar asupan nutrisi seimbang,” ujar Dr. dr. Yustina Anie Indriastuti, MSc, SpGK (Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI).
Suplementasi zat besi bisa dikonsumsi bila perlu. Khususnya pada perempuan, yang lebih rentan terhadap anemia karena mengalami haid setiap bulan. Dr. dr. Anie menyarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi 1x seminggu, untuk tindakan preventif. “Atau, konsumsi saja selama haid,” tambahnya.
Hindari minum teh, kopi dan susu saat makan atau saat minum suplemen zat besi, karena ketiga minuman ini bisa menghambat penyerapan zat besi. Sebaliknya, sumber vitamin C dan A seperti jus jeruk atau tomat, akan meningkatkan penyerapan. “Teh, kopi atau sus bisa diminum dalam waktu tersendiri, misalnya saat tea time,” pungkas Dr. dr. Anie. (nid)