Coba ketik ‘mayo diet’ di mesin pencari. Akan keluar berbagai situs dalam bahasa Indonesia, tak ketinggalan dengan panduan menu bahkan katering diet yang menawarkan program diet ini. Berbeda dengan umumnya metode diet lain yang akan muncul dalam bahasa Inggris. “Saya jadi mikir, diet mayo cuma ngetren di Indonesia,” ucap dr. Diana F. Suganda, MKes, Sp.GK dalam diskusi “Mengenal Diet Populer” yang diselenggarakan RS Pondok Indah di Jakarta (17/01/2018).
Diet mayo dijalankan dengan panduan menu khusus selama 13 hari, tanpa garam sama sekali. Bila terlewat atau cheating 1 hari saja, program diet ulang dari awal. Klaimnya, bisa menurunkan berat badan (BB) 8-15 kg dalam 2 minggu. Padahal, anjuran penurunan BB sehat dengan mengurangi massa lemak adalah 0,5 kg/minggu atau sampai 1 kg/minggu untuk mereka yang obes.
Lantas, apa yang terjadi pada diet mayo hingga bisa mengurangi BB begitu banyak dalam waktu singkat? “Yang hilang itu air, bukan lemak,” tegas dr. Diana. Dengan meniadakan asupan garam, otomatis tidak ada natrium sehingga tidak terjadi retensi cairan. “Satu molekul natrium itu menahan empat molekul air. Kalau tidak ada natrium, maka cairan terbuang; yang menjalani diet mayo pasti banyak pipis. Berat badan pasti turun, tapi yang hilang cuma cairan,” papar dr. Diana Suganda.
Baca juga: Hoax yang Ngetren
Selain itu, kekurangan natrium (hiponatremia) bisa berbahaya. Bisa menyebabkan kejang bahkan koma. Natrium (sodium) termasuk mineral, mikronutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil. Zat ini penting untuk menjaga keseimbangan elektrolit tubuh, hingga mengatur aliran listrik pada simpul saraf dan jantung.
Dalam diet mayo dianjurkan untuk minum air putih 2 liter/hari tapi jangan air es karena menghambat metabolisme sehingga bikin gemuk. Menurut dr. Diana, anjuran minum 2 liter itu baik, tapi tidak benar bila dibilang air es bikin gemuk. “Air, hangat atau dingin itu nol kalori . Yang masalah itu air es bergula: es teh manis, es jeruk manis,” ujarnya.
Aturan lain, makan terakhir jam 6 sore, lewat dari itu makanan akan disimpan jadi lemak. “Menurut saya ini tidak masuk akal. Seandainya seorang perawat kerja shift malam, tapi makan terakhir jam 6. Apa bisa konsentrasi di malam hari?” ujar dr. Diana Suganda. Menurutnya, jadwal makan tiap orang bisa berbeda, sesuai ritme pekerjaannya.
Sangat rendah kalori
Bila diperhatikan, menu dalam diet mayo memiliki ciri khas: minim kalori. Pada hari pertama misalnya, sarapan berupa kopi tubruk atau teh dengan 1 sdt gula pasir. Kalori hanya dari 1 sdt gula (5 gr); 1 gr gula = 4 kkal, berarti kita hanya mendapat 20 kkal saat sarapan. Untuk makan siang, menunya 2 butir telur rebus (@100 kkal) ditambah seikat bayam (78 kkal) dan tomat (1 butir ukuran sedang 22 kkal). Makan malam diisi dengan 1,5 ons bistik goreng/rebus dengan selada yang ditaburi perasan lemon (total <100 kkal). “Jadi dalam sehari, asupannya tidak sampai 500 kkal. Yang terjadi adalah defisit kalori, di samping air dalam tubuh dibuang,” tegas dr. Diana.
Ia melanjutkan, dengan asupan seperti ini, otomatis berat badan (BB) akan turun drastis. Ya, karena yang dikonsumsi sangat jauh dari rerata kebutuhan 1.500-1.800 kkal/hari. “Sudah pasti tidak cukup untuk kebutuhan kita. Memang BB turun, tapi tidak sehat,” tandasnya.
Baca juga: Diet Keto: Baik untuk Pasien Epilepsi dan Kanker, Berbahaya bagi Diabetesi
Diet ini juga termasuk fad diet. “Untuk menurunkan BB dalam waktu cepat misalnya bulan depan mau menikah, masih okelah. Tapi tidak untuk jangka panjang,” imbuh dr. Diana Suganda. Apa gunanya badan kurus tapi tidak bugar? Yang ada, metabolisme tubuh jadi melambat, kulit kusam, rambut dan kuku jadi rapuh karena kurang gizi. Massa otot pun bisa habis karena dipakai untuk sumber energi.
Sekadar informasi, diet mayo yang seperti ini bukanlah diet yang dianjurkan oleh Mayo Clinic. Dalam diet Mayo yang asli, garam tidak dipantang, melainkan dibatasi. Juga disarankan untuk memperbanyak asupan sayur-buah dan latihan fisik. Fokusnya yakni membentuk kebiasaan pola makan sehat. (nid)