Temuan oleh Universitas Negeri New York, Amerika Serikat (AS) dan didukung organisasi nirlaba AS Orb Media, amat mencemaskan. Penelitian yang diketuai oleh Sherri Mason ini menganalisis 259 dalam kemasan botol plastik dari 19 lokasi di 9 negara lintas benua (AS, Indonesia, Tiongkok, India, Thailand, Brazil, Meksiko, Libanon dan Kenya) dengan 11 merk berbeda. Hasilnya, 93% merk yang diuji mengandung partikel mikroplastik; hanya 17 merk yang bebas plastik. Dalam tiap liter air kemasan tersebut, ditemukan rerata 325 partikel mikroplastik. Hasil penelitian ini dipublikasi secara serentak kemarin (Kamis, 15/03/2018) di seluruh dunia.
Berita ini tentu membuat kita khawatir. Saban hari, kita begitu terbiasa membeli air kemasan di warung, pedagang asongan, maupun toko swalayan. Apalagi, merk yang diuji dari Indonesia adalah merk terkenal dan merajai pasar air kemasan, Aqua. Dalam tiap botol Aqua yang menjadi sampel penelitian mengandung rerata 382 mikroplastik, dengan konsentrasi tertinggi mencapai 4.713 partikel dalam sebuah botol.
Rekor tertinggi dimiliki oleh Nestle Pure Life, dengan 10.390 partikel mikroplastik dalam salah satu botol sampel. Sampel ini berasal dari produksi di AS. Sekadar informasi, sampel Nestle Pure Life yang dijuji diambil dari tiga Negara (AS, Thailand, Libanon).
Digunakan pewarna merah Nile untuk menghasilkan partikel berpendar di dalam air. Pewarna ini cenderung menempel pada permukaan plastik, tapi tidak pada bahan alami. Yang menarik, satu merk (Gerolsteiner) diambil sampelnya dari dua jenis kemasan, botol plastik dan botol kaca. Ternyata, kedua jenis sampel mengandung partikel mikroplastik! Meski, sampel yang berasal dari botol kaca memiliki kandungan mikroplastik jauh lebih rendah dibandingkan semua sampel lainnya dari berbagai merk. Sedangkan Gerolsteiner kemasan plastik termasuk yang paling tinggi kandungan mikroplastiknya.
Ini menunjukkan bahwa sebagian kontaminasi mikroplastik mungkin berasal dari sumber air, tapi lebih banyak yang bersumber dari kemasannya. Dalam wawancaranya dengan AFP, Sherri Mason mengungkapkan dugaan, kontaminasi berasal dari proses pembotolan, dan sebagian besar mikroplastik yang ditemukan berasal dari tutup botol. Ini terkait materi mikroplastik yang sebagian besar berupa PET, senyawa yang biasa digunakan untuk membuat tutup botol.
Namun, kontaminasi pada sumber air pun tidak bisa diacuhkan. Penelitian oleh Orb sebelumnya menemukan kontaminasi mikroplastik dalam jaringan air ledeng dan sumur di berbagai negara. Yakni Indonesia, India, Uganda, Libanon, AS, Kuba, Ekuador, dan Eropa. Sebanyak 83% dari 159 sampel mengandung mikroplastik. Mikroplastik yang ditemukan dalam penelitian ini berupa serat; berbeda dengan mikroplastik pada air kemasan yang berupa fragmen (pecahan). Namun kandungan mikroplastik yang ditemukan dalam air kemasan, hampir dua kali lipat lebih banyak daripada air ledeng.
Risiko untuk kesehatan
Belum ada bukti kuat mengenai dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia. Namun Mason menduga, ada kaitan dengan peningkatan jenis kanker tertentu. Juga bisa berdampak pada fungsi reproduksi dengan menurunkan jumlah sperma. Kemungkinan lain, meningkatnya risiko ADHD dan autisme.
Kekhawatiran mengenai dampak plastik telah muncul jauh sebelum ini terhadap biota laut. Pada 2010, sekitar 4,8 – 12,7 juta ton plastik hanyut ke laut, dan sejak itu telah ditemukan di dalam plankton hingga perut paus. Di laut, plasstik akan terurai menjadi mikroplastik. Para ilmuwan mengkhawatirkan dampak dari mikroplastik maupun zat-zat kimianya akan menimbulkan keracunan, masalah infertilitas, hingga gangguan genetik pada penghuni laut.
Pada akhirnya, kesehatan manusia juga akan terdampak, bila zat-zat ini kita konsumsi dalam jumlah besar. Kita tidak pernah tahu, apakah ikan dan makanan laut yang kita konsumsi bebas dari mikroplastik.
Ini saat yang kritis untuk melakukan tindakan nyata mengurangi penggunaan plastik. Bisa dimulai dengaqn selalu membawa botol minum sendiri, sehingg tidak perlu membeli air kemasan. Sebisa mungkin lakukan daur ulang/pergunakan ulang limbah plastik. Demi kesehatan kita dan keselamatan Bumi. (nid)
___________________________________
Ilustrasi: Pixabay.com