Anda pecinta steak, sate kambing/sapi, babi panggang, sup konro, atau olahan daging merah lainnya? Simak tulisan berikut. Sering mengonsumsi daging merah dihubungkan dengan risiko diabetes.
Kerapnya seseorang mengonsumsi daging merah atau daging merah olahan ternyata meningkatkan risiko diabetes tipe 2, menurut analisis dari 31 penelitian yang diterbitkan di jurnal The Lancet Diabetes & Endocrinology, pada Agustus ini.
Sejauh ini studi ini adalah yang paling lengkap memaparkan data hubungan antara konsumsi daging merah dan daging merah olahan dengan diabetes tipe 2, ujar peneliti senior dr. Nita Forouhi, profesor kesehatan populasi dan nutrisi di University of Cambridge, Inggris.
Peneliti menganalisa data dari hampir 2 juta orang di 20 negara. Mereka juga menghitung faktor-faktor yang bisa mempengaruhi, seperti kualitas diet, aktivitas fisik, merokok, alkohol, hingga indeks massa tubuh.
Hubungan yang terlihat sangat kuat, tegas dr. Forouhi. “Temuan ini konsisten di seluruh populasi di berbagai kawasan dan negara di dunia,” ujarnya melansir CNN.
Risiko naik hampir 50%
Sebelumnya, studi serupa dilakukan oleh tim dari Harvard T.H. Chan School of Public Health. Mereka menganalisa data dari 216.695 partisipan peserta; dipantau selama 36 tahun. Selama periode tersebut lebih dari 22 ribu orang menderita diabetes tipe 2.
Riset yang diterbitkan di The American Journal of Clinical Nutrition (2023) ini mendapati individu yang mengonsumsi daging merah paling banyak berisiko 62% lebih tinggi terkena diabetes, dibandingkan partisipan yang paling sedikit konsumsinya.
Setiap porsi tambahan daging merah olahan setiap hari meningkatkan risiko diabetes hingga 46%, dan setiap porsi tambahan daging merah (bukan olahan) setiap hari risiko diabetes naik 24%.
Peneliti juga memperkirakan potensi penggantian satu porsi daging merah per hari dengan sumber protein lainnya. Mereka menemukan bahwa menggantinya dengan satu porsi kacang-kacangan risiko diabetes 30% lebih rendah. Dan, mengganti satu porsi produk susu menurunkan risiko diabetes hingga 22%.
“Berdasarkan temuan kami dan riset sebelumnya, membatasi hanya satu porsi daging merah per minggu akan masuk akal bagi orang yang ingin menjaga kesehatan mereka,” tutur salah satu peneliti, Walter Eillett, profesor epidemiologi dan nutrisi, melansir Harvard.edu.
Selain itu, peneliti juga menyoroti bahwa, individu yang paling sering mengonsumsi daging merah cenderung mengonsumsi lebih sediki ikan, buah dan lebih sedikit pula aktivitas fisiknya. Mereka cenderung konsumsi lebih banyak kalori dan memiliki berat badan berlebih.
Perbanyak sayuran, kurangi daging
Walau ada beberapa keterbatasan dalam studi terbaru di atas, bukti dan rekomendasi diet saat ini menunjukkan alasan kuat untuk mengurangi konsumsi daging merah dan daging olahan.
Dr. Hilda Mulrooney, anggota komite dari the European Specialist Dietitians Network (tidak terlibat studi) merekomendasikan untuk mengganti konsumsi daging merah dan olahan dengan uggas atau ikan. Selain juga mengurangi konsumsi daging secara keseluruhan dengan menggunakan alternatif protein nabati seperti kacang polong, buncis, lentil atau tahu.
“Meskipun belum ada studi yang jelas apakah konsumsi unggas dan risiko diabetes saling terkait, riset terbaru menunjukkan bila mengganti daging merah dan daging olahan dengan unggas memang menurunkan risiko diabetes,” imbuh Mulrooney.
“Sudah diketahui secara luas bahwa daging olahan seperti ham, sosis, bacon, hot dog, salami atau pepperoni umumnya diproses berlebihan, mengandung bahan kimia tambahan serta kadar garam yang tinggi, sehingga cenderung tidak sehat,” kata Forouhi.
Selain mengurangi porsi konsumsi daging merah/olahan, menggantinya dengan unggas atau ikan, perbanyak juga konsumsi sayur dan buah. Pastikan untuk berolahraga secara teratur untuk mencegah diabetes. (jie)