Selama ini kita mengenal probiotik sebagai bakteri baik yang penting untuk daya tahan tubuh, tetapi bagaimana dengan virus? Ternyata ada virus yang melindungi tubuh dari infeksi bakteri.
Dalam sebuah riset untuk pertama kalinya peneliti melihat virus memiliki dua sisi, salah satunya membantu tubuh memerangi infeksi mikroba / bakteri.
Sebagai informasi, salah satu garda terdepan tubuh melawan infeksi adalah mukus (lapisan selaput lendir). Ia banyak terdapat di dalam mulut, hidung, mata dan saluran cerna. Menjadi penghalang dari ‘dunia luar’.
“Mukus adalah senyawa yang rumit,” kata Jeremy Barr, ahli mikrobiologi di San Diego State University, AS, yang juga adalah pemimpin riset tersebut. Bentuknya yang seperti gel terdiri dari mucins, molekul besar berbentuk seperti sikat botol yang terbuat dari protein yang dikelilingi untaian gula.
Di sela-sela mucins ada nutrisi dan senyawa kimia. Mukus juga adalah rumah dari bacteriophage atau biasa disebut phage. Ini adalah virus yang menginfeksi dan membunuh bakteri tertentu. Mereka dapat ditemukan di mana pun bakteri berada.
Barr dan timnya memperhatikan ada lebih banyak phage di lapisan selaput lendir, dibanding area tanpa selaput lendir. Misalnya pada air liur di dalam mulut memiliki sekitar 5 phage untuk setiap sel bakteri, sementara rasio pada permukaan mukosa gusi itu sendiri bisa sampai 40 : 1.
Dalam penelitiannya Barr menumbuhkan jaringan paru di lab; paru merupakan salah satu organ yang permukaannya dilindungi mukus. Peneliti juga memiliki versi jaringan sel paru yang kemampuan untuk memroduksi mukusnya dilemahkan.
Saat diberi bakteri Escherichia coli, separuh dari setiap kultur sel mati; mukus tidak memberikan perbedaan pada kemampuannya bertahan hidup. Tetapi ketika peneliti menambahkan phage ke dalam kultur, kemampuan bertahan hidup sel yang dilindungi mukus meningkat drastis.
“Perbedaan tersebut menunjukkan bila phage mampu membunuh bakteri yang berbahaya,” kata Barr, “Tetapi belum jelas apakah mereka juga bisa menyerang bakteri baik. Ini sangat tergantung pada jenis phage.”
Riset yang diterbitkan di jurnal online Proceeding of the National Academy of Science ini juga menemukan bila phage memiliki molekul yang akan berikatan dengan rantai gula dalam mucins. Ini akan menjaga phage tetap di dalam mukus, sekaligus menunjukkan bila virus (bacteriophage) dan jaringan penghasil mukus telah beradaptasi agar cocok satu sama lain.
Peranannya pada IBD
Menurut Michael McGuckin, ahli biologi di Mater Research (lembaga penelitian medis di South Brisbane, Australia) penemuan tersebut bisa memberikan wawasan tambahan seperti pada penyakit radang usus (inflammatory bowel disease / IBD).
Manusia memiliki ratusan spesies bakteri di usus, tetapi penderita IBD mengalami kekacauan ekosistem bakteri dengan spesies bakteri tertentu yang dominan. “Penyakit ini, seperti juga Crohn dan kolitis ulseratif (radang kronis di usus besar), melibatkan kerusakan pada lapisan mukus di usus,” katanya. “Riset menunjukkan bila kegagalan kekebalan tubuh berbasis phage mungkin menyebabkan munculnya gejala-gejala tersebut.”
McGuckin tertarik dengan gagasan bahwa phage dapat membantu memilih jenis bakteri yang hidup di dalam usus manusia. "Ada banyak pertanyaan seputar bagaimana seluruh sistem ini dapat mengendalikan populasi mikroba di usus, yang semakin terbukti penting dalam kasus obesitas dan diabetes." (jie)