Beradaptasi dengan pandemi COVID-19 berarti menyiapkan segala upaya agar tidak terinfeksi virus ini, sementara obat dan vaksin COVID-19 belum ditemukan. Menjaga daya tahan tubuh menjadi hal yang penting, namun bukan berarti bila badan bugar risiko terinfeksi virus corona hilang.
Menurut dr. Daeng Mohammad Faqih, SH, MH, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), kedisplinan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah salah satu kunci utama menangani pandemi COVID-19.
PHBS yang dimaksud mencakup menjaga kebersihan diri (terutama area tangan), menghindari mengusap wajah sebelum cuci tangan, memakai masker, physical distancing, menghindari kerumunan, dan hindari kontak dengan pasien.
Selain itu PHBS juga termasuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh (istirahat cukup, konsumsi makanan bergizi dan olahraga), hindari kotak dengan binatang liar, dan hindari / batasi ke tempat umum bila tidak perlu.
“Virus COVID-19 hingga kini infeksinya masih terus berlangsung sehingga kita tidak boleh lengah. Disiplin pada era pasca PSBB nanti bisa dikatakan sebagai ‘vaksin’ yang ampuh,” katanya dalam seminar online Indonesia Hygiene Forum 2020, Kamis (25/6/2020).
Prinsip utama memutus rantai penularan virus corona adalah dengan melokalisir mereka yang sakit agar tidak menulari orang sehat. Dan, mencegah yang sehat tidak tertular oleh mereka yang sakit.
Sebagaimana diketahui virus corona ini ditularkan lewat droplet (percikan) saat batuk, bersin, bicara, atau bahkan tertawa, juga melalui perantaraan benda / permukaan yang terkontaminasi virus.
Belakangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menambah kriteria penularan melalui airborne. “Ada yang bilang airborne (partikel virus di udara) bisa bertahan hingga 3 jam, tetapi ada juga yang menyatakan bertahan hingga lebih dari 3 jam. Itu sebabnya jika semula yang disarankan memakai masker adalah mereka yang sakit, dengan fakta tersebut maka orang sehatpun diharuskan pakai masker,” kata dr. Daeng.
Ini juga berarti mereka yang merasa memiliki badan bugar pun berisiko terinfeksi virus COVID-19. Karena, “Kebugaran tubuh berbeda dengan daya tahan tubuh yang baik,” tukas dr. Daeng. “Maka yang paling baik adalah menjaga supaya jangan sampai tertular.”
Orang yang bugar bisa menjadi orang tanpa gejala (OTG) saat terinfeksi virus corona baru ini, mereka yang berpotensi besar menulari orang lain.
“Sehingga orang yang statusnya OTG jangan egois, karena mungkin menulari orang-orang tercinta di sekitarnya. Sudah banyak cerita OTG menulari orangtua atau anaknya, dan infeksinya lebih parah bahkan meninggal,” imbuh dr. Daeng.
Ini jugalah yang menyebabkan di awal-awal pandemi banyak tenaga kesehatan yang terinfeksi, bahkan meninggal. Mereka tertular dari OTG yang tidak tahu kalau dirinya terinfeksi virus corona dan menulari tenaga kesehatan. (jie)