Tahukah kamu jika berbohong bisa menjadi suatu penyakit? Berbohong terus-menerus dapat juga merupakan gejala gangguan kejiwaan yang disebut mythomania.
Penderita mythomania adalah seorang pembohong ulung. Namun, umumnya penderita tidak bisa mengendalikan kondisi yang dialaminya. Dengan kata lain, kebiasaan berbohong tersebut sulit dihentikan, sekalipun penderitanya ingin menghentikannya. Itu sebabnya dikategorikan sebagai gangguan kejiwaan.
Penyakit yang bernama lain Pseudologia Fantastica ini diduga akibat kelainan otak bagian korteks prefrontal; area otak untuk pengambilan keputusan dan tingkah laku. Sampai saat ini para ahli belum mengetahui secara pasti kelainan seperti apa yang terjadi.
Penderita mythomania juga kerap melakukan kebohongan tanpa alasan dan tujuan yang jelas. Kebanyakan orang yang mengalami kondisi ini juga tidak memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, kekasih, ataupun teman. Hal ini disebabkan karena kebiasaannya yang suka berbohong secara terus menerus.
Kabar baiknya gangguan kejiwaan ini dapat disembuhkan. Peran keluarga atau orang-orang terdekat penting untuk mendorong penderita menjalani psikoterapi oleh ahli kejiwaan (psikolog/ psikiater). Umumnya, penderita membutuhkan waktu hampir satu tahun untuk benar-benar sembuh dari penyakit ini.
Menurut Dike, Charles C, dalam bukunya Pathological Lying : Symptom or Disease? Dijelaskan karakteristik penderita mythomania sebagai berikut.
- Cerita yang penderita utarakan tidak semuanya mustahil, kadang ada bagian-bagian ceritanya adalah benar. Bukan suatu bentuk halusinasi (delusi) atau seperti tipe gangguan jiwa lainnya. Jika ditanya lebih jauh, ia kadang mengakui jika ceritanya bohong.
- Kebohongan tersebut biasanya berlangsung lama. Tidak dipicu oleh situasi instan atau tekanan sosial, melainkan lebih karena bawaan sifatnya.
- Motif perilaku dapat dibedakan secara klinis, misalnya ‘kebiasaan’ kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan seseorang berbohong terus-menerus.
- Kebohongan yang diungkapkan cenderung meniru sosok orang lain yang disukai orang tersebut. Misalnya, ia menggambarkan dirinya sebagai pemberani layaknya seorang tokoh terkenal.