Kenali dan Atasi Insomnia | OTC Digest

Kenali dan Atasi Insomnia

Tidur nyenyak adalah dasar yang kuat untuk kesehatan mental dan fisik. Saat tidur, organ-organ tubuh juga beristirahat sehingga menetralkan kerusakan sel  akibat kegiatan sehari-hari. Detoksifikasi yang dilakukan melalui aliran darah berjalan efisien, dan keseimbangan kimiawi tubuh bisa dipulihkan.

Dalam The World Book Encyclopedia disebutkan, “Tidur memulihkan energi tubuh, khususnya otak dan sistem saraf.” Artinya, setiap orang butuh tidur untuk restoratif, keseimbangan faali dan cadangan energi agar tetap bugar.

Sayangnya,tidak semua orang dapat menikmati tidur normal. Dikatakan tidur yang bagus adalah 8 jam/hari. Sayangnya, “Manusia modern saat ini jarang yang seperti itu,” ujar Prof. Dr. Dadang Hawari, guru besar psikiatri Fakultas Kedokteran UI. Mereka yang mengalami gangguan tidur (insomnia), akan merasa lelah, kurang awas dan lemah secara fisik.

Menurut Prof. Dr. HM Syamsulhadi, Sp.KJ, setidaknya ada 5 jenis gangguan tidur yang sering dialami masyarakat. Yakni, early insomnia, middle insomnia, late insomnia, intermittent insomnia dan total insomnia.

Early Insomnia yaitu mengalami susah tidur. Middle insomnia dialami bila seseorang sering terbangun di sela tidur, meski bisa tidur pada waktunya. Late insomnia seseorang bisa tidur dengan mudah, tapi bangun lebih awal dari jamnya dan susah tidur lagi setelah terbangun. Disebut intermittent insomnia, jika orang sering terbangun atau tidur terputus-putus. Dan total insomnia, jika orang tidak bisa tidur sama sekali.

“Gangguan tidur bisa karena ada penyakit fisik dan gangguan mental seperti stres, cemas, depresi, psikosis. Atau karena obat-obatan,” jelasnya.

Terapi

Untuk mengatasi gangguan tidur, setidaknya ada 3 macam terapi: biologik, psikologik dan sosial. Terapi biologik di antaranya terapi kausalitas (dicari penyebabnya dan diatasi), terapi simptomatis (mencermati gejala) dan terapi kombinasi. “Pemberian obat-obat non-adiktif yang tidak menimbulkan ketergantungan bisa diberikan,” ujar Prof. Syamsulhadi.

Terapi psikologik yang bisa dilakukan antara lain psikoterapi suportif, re-edukatif, rekonstruktif, kognitif, psiko-dinamik, perilaku dan psikoterapi keluarga. Terapi sosial dilakukan dengan menyelesaikan masalah yang menjadi sumber stres. Misalnya perkawinan, problem dengan orangtua, hubungan interpersonal, pekerjaan atau faktor keluarga.

Untuk mencegah insomnia, Prof. Dadang Hawari menyarankan tidur sebaiknya jangan kurang dari 6 jam/hari. Tidak masalah, tidurnya dilakukan pada siang atau malam hari. Yang penting, tidurnya berkualitas. Antara lain ditandai dengan segar atau tidaknya saat bangun. “Meski tidur kurang dari 8 jam, tapi kalau saat bangun tubuh terasa segar, itu bukan insomnia,” jelasnya. (AKH-jie).

 

Baca juga:

Waspadai Penyakit dibalik Insomnia

Yuk Mengenal Tahapan Tidur