Trevino Pakasi, Universitas Indonesia
Indonesia kini tergabung dalam barisan 105 negara dan teritori yang terkena serangan SARS-CoV-2 setelah Senin pekan lalu pemerintah mengkonfirmasi ada dua pasien positif terinfeksi COVID-19 dan seminggu kemudian naik drastis menjadi 27 pasien.
Berbeda dari pandemi flu burung yang muncul sejak 2003 akibat kontak manusia dengan unggas, sebuah artikel kolaborasi ilmuwan Jerman dan Cina yang baru-baru dipublikasikan di The Lancet menunjukkan penyebaran virus corona yang awalnya dari Wuhan Cina ini lebih banyak dipengaruhi perilaku migrasi manusia dalam skala besar.
Penyebaran COVID-19 begitu cepat karena penularan dari orang ke orang dan lebih dipercepat lagi oleh jangkauan transportasi udara antardaerah dan antarnegara/benua. Wabah bermula dari Wuhan, kini virus ini telah menyebar ke hampir semua benua.
Karena penyakit ini belum ada obat dan vaksinnya, sangat penting untuk mencegah perluasan penyebaran virus ini. Anda bisa melakukan setidaknya empat hal ini: menghindari bepergian ke kota atau negara yang telah ditemukan virus ini, menghindari kerumunan massal, meningkatkan imunitas tubuh, dan menjaga kesehatan hewan dan melestarikan lingkungan agar hewan tidak keluar dari habitat.
1. Tunda bepergian ke daerah endemis
Langkah pemerintah Indonesia menghentikan sementara penerbangan dari Cina ke Indonesia dan arah sebaliknya dan larangan sementara kunjungan/transit warga asing dari Italia, Iran, dan Korea Selatan ke Indonesia merupakan keputusan yang tepat untuk menurunkan potensi risiko penyebaran virus ini.
Kewaspadaan ini bukan hanya pada perjalanan internasional, tapi juga pada perjalanan domestik. Karena Indonesia begitu luas dan banyak pintu masuk, serta besarnya kemungkinan kasus-kasus tidak tercatat, maka penting bagi kita untuk tetap waspada.
Agar infeksi ini tidak makin meluas, anggota masyarakat yang akan melakukan perjalanan sebaiknya mengetahui dari awal, apakah daerah tujuannya sedang mengalami pandemi COVID-19. Sebaliknya mereka yang tinggal di daerah endemis, lebih baik menunda perjalanan sampai daerah tersebut dinyatakan bersih.
Selain itu, penting bagi kita yang menempuh perjalanan, baik domestik maupun antarnegara dan benua memperhatikan kesehatan diri sendiri, sebelum, selama, dan sesudah melakukan perjalanan.
Untuk mencegah penularan, WHO menganjurkan untuk mencuci tangan dengan sabun dan menghindari atau mengurangi frekuensi memegang mukosa (lapisan dalam rongga tubuh) seperti hidung, mulut, dan mata.
Dalam perjalanan, orang dapat menjaga kebersihan diri dengan menggunakan antiseptik sebelum dan sesudah bersentuhan dengan orang. Perlu menjaga kebersihan tangan agar kalau ada virus yang melekat di tangan tidak cepat menular ke mukosa tubuh.
Sesudah perjalanan dari daerah berisiko, Anda akan mendapatkan kartu kuning health alert card dari kantor kesehatan pelabuhan di bandara internasional. Kartu ini adalah kartu screening ketika mendarat, disimpan dalam waktu 14 hari sesuai masa inkubasi coronavirus. Kartu ini harus dibawa saat berkonsultasi jika dalam masa inkubasi terjadi gejala-gejala infeksi saluran pernapasan. Selama periode itu kita harus tetap menjaga kesehatan.
Bila Anda harus berpergian pada musim wabah coronavirus seperti saat ini, ada baiknya Anda berkonsultasi dengan dokter ahli travel medicine. Mereka dapat memberikan saran yang lebih spesifik terkait perjalanan Anda.
2. Hindari kerumunan orang
Sejumlah perusahaan dunia membatalkan acara-acara yang mempertemukan ribuan orang untuk menghindari penyebaran virus ini. Facebook membatalkan konferensi tahunan F8 yang sedianya digelar Mei, pameran teknologi terbesar di dunia, Mobile World Congress ( MWC 2020), di Barcelona juga dibatalkan.
Pemerintah Arab Saudi melarang sementara ibadah umrah, baik dalam negeri maupun luar negeri, setelah ditemukan dua kasus positif COVID-19 di negara itu.
Menghindari kerumunan ini sangat penting karena kita tidak pernah tahu apakah seseorang yang datang ke suatu kerumunan terinfeksi atau tidak.
Penyebaran virus di Wuhan begitu cepat karena pada Desember hingga Januari ada dua perayaan tahun baru, yaitu tahun baru Masehi dan Imlek, yang mempertemukan ribuan orang dalam kegiatan bersama. Transmisi virus yang mungkin terjadi pada minggu-minggu tersebut dan langsung menyebar luas tanpa diketahui sebelumnya.
Penyebaran virus dengan cepat di Korea Selatan juga diduga kuat akibat kerumumanan orang. Seseorang yang positif COVID diduga menulari orang-orang dalam kegiatan di satu gereja.
Penularan virus corona bisa terjadi melalui kontak dekat, antara 1-2 meter dengan seseorang yang terinfeksi. Jika orang yang terinfeksi menyentuh hidung, mata dan mulutnya dengan tangannya, kemudian menyentuh permukaan seperti meja, pegangan pintu, sandaran kursi, pagar tangga dan lain-lain, ia bisa menempelkan virus pada permukaan-permukaan tersebut. Jika orang lain menyentuh permukaan-permukaan tersebut dengan tangan mereka, kemudian menyentuh wajah mereka, ada kemungkinan ia akan tertular.
Tidak mengherankan jika penyebaran virus corona yang menimpa kasus pertama dari Depok disinyalir menyebar melalui sebuah kegiatan dansa bersama.
3. Tingkatkan imunitas tubuh
Coronavirus menyerang sistem pernapasan. Di sepanjang saluran napas sampai ke paru-paru kita terdapat sel-sel yang mempunyai fungsi utama melawan penyakit, seperti coronavirus. Meningkatkan imunitas tubuh berarti mempertahankan sel-sel tersebut bisa berfungsi optimal.
Untuk membuat daya tahan tubuh lebih kuat adalah kembangkan pola hidup sehat dengan cara makan teratur, bergizi, cukup protein dan karbohidrat sebagai sumber energi. Berhentilah merokok, karena racun yang terkandung dalam rokok menurunkan kemampuan pertahanan saluran pernapasan.
Minum antioksidan seperti vitamin C dosis tinggi juga membantu mengurangi kerusakan sel karena pengaruh polusi udara dan bahan kimia. Praktik seperti ini tak hanya penting sebelum perjalanan jauh tapi seharusnya menjadi kebiasaan hidup sehari-hari.
Kebiasaan lain untuk meningkatkan ketahanan tubuh adalah melatih sel-sel ini dengan memberikan sparring partner seperti mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung probiotik, allergen, dan patogen yang dilemahkan meski efektivitasnya masih belum bisa terukur secara jelas.
4. Jaga kesehatan hewan dan lestarikan lingkungan
Ada beberapa tipe coronavirus, yaitu hanya menginfeksi manusia, hanya menyerang hewan, dan ada pula yang keduanya. Dari sinilah perjalanan mengapa timbul virus corona yang bisa mewabah.
Sejak ditemukan pertama kali pada 1960 Coronavirus (CoV) merupakan virus yang dianggap tidak berbahaya. Virus ini hanya menyebabkan infeksi ringan di saluran nafas, yang sering disebut flu (common cold).
Namun pada 2003, timbul jenis baru coronavirus yang berbahaya menimbulkan pandemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) coronavirus, muncul dari daratan Cina. Sepuluh tahun kemudian pandemi serupa muncul dari semenanjung Arab, dengan ditemukannya kasus kematian di pesawat dengan gejala-gejala gangguan pernapasan yang berat. Muncullah pandemi Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) yang menginfeksi lebih dari 2500 orang di seluruh dunia dengan 866 kematian.
SARS-CoV dan MERS-COV awalnya menginfeksi kelelawar, yang kemudian menulari binatang lain, seperti unta dan luwak, yang pada akhirnya menulari manusia.
Munculnya wabah COVID-19 menggambarkan bahwa coronavirus ini adalah virus yang mudah berubah oleh lingkungan maupun host (inang), dan semakin ganas. Perubahan-perubahan yang terjadi karena kemampuan mutasi virus ini tidak segera dikenali oleh populasi manusia, sehingga bisa menyerang orang banyak.
Kasus-kasus coronavirus yang bermutasi mungkin terjadi di Indonesia mengingat luasnya wilayah, banyaknya pintu masuk, dan keanekaragaman biotanya. Perbedaan kualifikasi pelayanan kesehatan juga menyebabkan ada kasus-kasus penyakit akibat mutasi virus tersebut tidak terlaporkan.
Kita perlu mencegah agar virus ini tidak bermutasi dan menulari hewan, terutama hewan liar dan pada akhirnya menulari manusia.
Pertama, manusia perlu menjaga kesehatan hewan peliharaannya, baik yang diternak di lokasi khusus maupun yang dipelihara dalam rumah. Caranya pun secara umum sama dengan menjaga kebersihan hewan tersebut, sanitasi kandang, dan memberikan makanan yang bergizi. Apabila ada yang bergejala sakit, maka hewan itu pun perlu diperiksakan ke dokter hewan, agar penyakitnya tidak menular ke manusia.
Lokasi yang jauh dari pemukiman bisa mendukung mencegahan penularan, tapi tidak selalu hewan bisa ditempatkan jauh dari pemukiman manusia.
Kedua, agar hewan-hewan liar tidak sakit dan keluar dari habitatnya serta kemudian menulari manusia, maka kita perlu menjaga kelestarian lingkungan. Bahkan mungkin pula dengan menjaga lingkungan, kemungkinan mutasi virus-virus di dunia, khususnya coronavirus, berkurang.
Trevino Pakasi, Lecturer at Department of Community Medicine Faculty of Medicine, Universitas Indonesia
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
_______________________________________________
Ilustrasi: Health photo created by freepik - www.freepik.com