Mengonsumsi suplemen cardamom (kapulaga) mampu menurunkan gula darah rata-rata (HbA1C), tetapi tidak untuk berat badan, menurut penelitian di Iran.
Kapulaga (Amomum cardamomum) merupakan rempah atau bumbu yang kerap dipakai dalam masakan India atau Timur Tengah. Kapulaga juga dikenal dengan istilah pai thou kou dalam bahasa Tionghoa, orang Yunani menyebutnya Cardamomom. Rempah ini mulai diperdagangkan di Indonesia sekitar tahun 1986.
Dikenal sebagai “queen of spice”, suplemen kapulaga sayangnya tidak mampu menyebabkan penurunan lingkar pinggang ataupun indeks massa tubuh (IMT). Tetapi berkontribusi pada penurunan kadar gula darah rata-rata (HbA1C) dan resistensi insulin.
Temuan ini berasal dari data yang dikumpulkan dari enam penelitian, masing-masing secara acak melibatkan 80-87 orang yang mendapatkan suplemen kapulaga 6 gram/hari, atau plasebo, selama 2-3 bulan.
Hasilnya menunjukkan “bahwa suplemen kapulaga mungkin efektif dalam metabolisme glukosa dan memperbaiki gangguan terkait,” tulis Ghazaleh Nameni, PhD, dari Departemen Nutrisi, School of Public Health, Iran University of Medical Science, dalam laporannya melansir Medscape.
Riset lebih lanjut dengan durasi yang lebih lama dan dosis suplemen kapulaga yang lebih tinggi diperlukan, mereka menyimpulkan.
Agen antidiabetes yang potensial
Kapulaga yang juga termasuk dalam keluarga jahe ini adalah sumber polifenol yang baik. Ia mungkin bisa memperbaiki sekresi insulin dengan menurunkan stres oksidasi. Ini membuat kapulaga sebagai agen antidiabetes yang potensial.
Tetapi, riset sebelumnya tentang efek kapulaga pada berat badan dan metabolisme glukosa menunjukkan hasil yang bertentangan.
Itu sebabnya peneliti dari Iran ini melakukan meta-analisa dari beberapa studi yang meneliti efek kapulaga pada gula darah, insulin dan berat badan.
Mereka mendapati ada 6 penelitian – dua melibatkan pasien diabetes tipe 2 (DM2), dua penelitian pada pradiabetes dan obesitas, dan dua riset lagi pada pasien perlemakan hati non alkohol (NAFLD) dan obesitas. Peserta berusia antara 30 -70 tahun, secara acak mendapatkan suplemen kapulaga atau plasebo.
Hasil gabungan dari dua penelitian yang melibatkan pasien DM2, mereka yang mengonsumsi suplemen kapulaga menunjukkan penurunan gula darah rata-rata (HbA1C), dibanding plasebo.
Selanjutnya, dalam hasil gabungan tiga studi pasien pradiabetes, DM2 dan NAFLD, mereka yang menerima suplemen kapulaga mengalami penurunan yang lebih besar resistensi insulin, dibandingkan kelompok plasebo.
Sebaliknya, hasil gabungan dari empat penelitian menunjukkan suplemen kapulaga tidak terkait dengan penurunan berat badan yang signifikan atau pengurangan IMT, dibandingkan plasebo. Dan, dalam gabungan dari tiga penelitian, suplemen kapulaga tidak dikaitkan dengan penurunan lingkar pinggang, dibandingkan plasebo.
“Hasil riset ini mungkin karena dosis kapulaga yang mungkin tidak cukup, serta durasi yang singkat,” tulis peneliti. Mereka mencatat bahwa keterbatasan studi adalah termasuk jumlah partisipan yang kecil dan heterogenitas studi yang tinggi. (jie)