Oleh: Spring Chenoa Cooper, City University of New York dan Anthony J. Santella, Hofstra University
Lakukan pencarian di internet untuk kata “masturbasi”, dan Anda akan menemukan ratusan, jika bukan ribuan, ungkapan slang untuk kata ini.
Berkembang biaknya ungkapan slang menunjukkan bahwa orang ingin berbicara soal masturbasi, tapi tidak nyaman melakukannya secara blak-blakan. Menggunakan istilah komedi memberikan cara yang lebih diterima secara sosial untuk mengekspresikan diri.
Jadi sebelum kita berbicara lebih banyak, mari membuatnya jadi sedikit lebih normal. Masturbasi atau menyentuh alat kelamin sendiri demi kenikmatan adalah hal yang dilakukan bayi sejak dalam kandungan. Ini adalah bagian alamiah dan normal dari perkembangan seksual yang sehat.
Menurut sebuah sampel di AS yang representatif secara nasional, 94% laki-laki mengaku bermasturbasi, demikian halnya 85% perempuan. Namun perspektif sosial mengenai masturbasi masih sangat beragam, bahkan ada beberapa stigma mengenainya.
Yang berkaitan dengan stigma tersebut yakni banyaknya mitos di seputar masturbasi. Mitos-mitos yang sangat konyol, hingga mengherankan ada yang percaya.
Di antaranya, masturbasi bisa menyebabkan kebutaan dan kegilaan, masturbasi bisa merusak organ seksual, dan masturbasi menyebabkan kemandulan.
Padahal fakta sebenarnya, masturbasi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Baik untuk Anda
Bagi perempuan, masturbasi bisa membantu mencegah infeksi serviks (leher rahim) dan infeksi saluran kemih melalui proses tenting atau membukanya serviks, yang merupakan bagian dari proses bergairah.
Tenting meregangkan serviks, dengan demikian lendir serviks ikut bergerak. Ini memungkinkan terjadinya sirkulasi cairan, sehingga cairan serviks yang penuh bakteri bisa dibuang keluar.
Masturbasi bisa menurunkan risiko terhadap diabetes tipe 2 (meski hubungan ini juga bisa dijelaskan oleh kesehatan keseluruhan yang lebih besar), mengurangi insomnia melalui pelepasan hormon dan ketegangan, dan meningkatkan kekuatan dasar panggul melalui kontraksi yang terjadi saat orgasme.
Untuk laki-laki, masturbasi membantu mengurangi risiko kanker prostat, ditengarai dengan memberi prostat kesempatan untuk membuang agen-agen yang berpotensi menyebabkan kanker.
Masturbasi juga memperbaiki fungsi imun dengan meningkatkan kadar hormon kortisol, yang dalam dosis rendah bisa meregulasi fungsi imun. Juga mengurangi depresi dengan meningkatkan jumlah endorfin (senyawa kimia yang membuat orang merasa senang dan untuk kekebalan tubuh) dalam aliran darah.
Masturbasi juga mencegah infertilitas secara langsung dengan melindungi orang dari infeksi menular seksual (IMS) yang bisa berujung pada infertilitas—Anda tidak bisa menularkan infeksi tersebut ke diri sendiri!
Satu manfaat akhir: masturbasi adalah cara yang paling nyaman untuk memaksimalkan orgasme.
Dan ada banyak manfaat tambahan dari orgasme secara umum, termasuk mengurangi stres, menurunkan tekanan darah, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengurangi nyeri.
Bagus juga untuk pasangan Anda
Dari sudut pandang seksual, masturbasi adalah salah satu perilaku seksual yang paling aman. Tidak ada risiko kehamilan atau infeksi menular seksual, tidak ada risiko mengecewakan pasangan atau kecemasan mengenai performa di tempat tidur, dan tidak ada beban emosional.
Dan, berjarak hanya sejengkal, yakni masturbasi mutual alias masturbasi bersama. Masturbasi mutual (dua orang memuaskan diri sendiri dengan ditemani orang lain) adalah aktivitas yang bagus (dan aman) untuk melibatkan diri ke dalam aktivitas seksual pasangan.
Ini khususnya bisa menjadi cara yang sangat baik untuk mulai belajar mengenai apa yang disukai pasangan, dan menunjukkan pasangan apa yang Anda sukai. Membuka komunikasi dengan pasangan akan memperbaiki kehidupan seksual dan hubungan Anda. Namun juga penting untuk membentuk ketrampilan berkomunikasi bagi generasi muda.
Membicarakan masturbasi juga memiliki manfaat. Mengembangkan pandangan seks yang positif dalam rumah kita sendiri dan dalam masyarakat, termasuk masturbasi, memungkinkan kita mengajarkan anak muda mengenai perilaku dan sikap yang sehat tanpa stigma dan rasa malu.
Orang tua dan wali anak yang merasa malu atau membutuhkan panduan ekstra untuk melakukan hal ini sebaiknya mencari tahu sumber informasi soal seks yang positif, seperti yang berasal dari universitas disegani.
Spring Chenoa Cooper, Associate Professor, City University of New York dan Anthony J. Santella, Assistant Professor of Health Professions and Public Health, Hofstra University
This article was originally published on The Conversation. Read the original article.