Presiden Amerika Serikat Joe Biden dinyatakan positif COVID-19 dengan gejala ringan. Saat ini menjalani isolasi dan tetap bekerja melakukan tugas-tugasnya di Gedung Putih.
Sebagai informasi, sebelum menjabat sebagai presiden AS, Joe Biden (79 tahun) sudah mendapatkan dua dosis vaksin Pfizer. Saat ini akibat varian Omicron BA.4 dan BA.5 terjadi kenaikan kasus COVID-19 di banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia.
Joe Biden dinyatakan positif COVID-19 pada Kamis (21/7/2022). Melansir Associated Press (AP), Sekretaris Gedung Putih, Karine Jean-Pierre mengatakan Joe Biden mengalami gejala ringan dan mulai mengonsumsi Paxlovid, obat antivirus yang didesain untuk menurunkan gejala COVID-19.
Sementara itu di Indonesia, tim peneliti menyatakan gejala ringan COVID-19 berkurang hingga 91,88% pada mereka yang diberikan obat standar plus obat kumur mengandung bahan aktif Povidone-Iodine dan obat semprot hidung (nasal spray) dengan Iota-Carrageenan.
Studi yang dilakukan di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Jakarta, ini menunjukkan kelompok pasien yang mendapatkan pengobatan standar disertai obat kumur Povidone-Iodine (PVP-I) dan semprot hidung Iota-Carrageenan (IO) mengalami pengurangan gejala klinis seperti demam, sakit tenggorok, batuk kering dan gangguan pengecapan, sejak hari kedua hingga ke 14, dibandingkan kelompok pasien yang hanya mendapatkan pengobatan standar.
Prof. drg. Rahmi Amtha, MDS, SpPM, PhD, Guru Besar Ilmu Penyakit Mulut, Universitas Trisakti, mengungkapkan, munculnya varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 yang menyebabkan kenaikan kasus hampir mencapai 30.000.
Menurut data riset sebelumnya – oleh Wang To KK, et al - sebesar 41% virus ini ditemukan melalui jalur udara, mampu bereplikasi dalam saliva sebanyak 3,3 juta per mili liter. “Mulut beserta nasofaring menjadi jalur utama sumber transmisi virus.”
“Uji klinis ini dilakukan dengan harapan dapat membuktikan manfaat PVP-I dan IO dalam mengurangi gejala klinis subyektif yang berhubungan dengan infeksi SARS-CoV-2,” ujar Prof. Rahmi, Kamis (21/7/2022).
Hasil signifikan
Uji klinis ini menggunakan metode Single Blind Randomized. Peserta adalah 89 pasien yang dirawat di RSDC periode September – Oktober 2020, usia lebih dari 18 tahun dan durasi perawatan tidak lebih dari 3 minggu.
Partisipan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok A adalah 45 orang yang menerima pengobatan standar ditambah obat kumur PVP-I 1% untuk digunakan 6x sehari, selama 14 hari. Mereka juga memakai obat semprot hidung IO 3x sehari, selama 7 hari.
Sementara kelompok B merupakan 44 pasien yang hanya menerima obat-obat standar dari pemerintah.
Anosmia, batuk kering, batuk berdahak, demam dan sakit kepala adalah 5 gejala yang paling sering dikeluhkan baik oleh pasien di kelompok A ataupun B. “Setelah 8 hari terlihat perbandingan hasil signifikan di kelompok A dan B. Pada Kelompok A gejala mulai menurun pada hari ke-2 hingga 14 dengan tingkat penurunan sebesar 91,88%,” terang Prof. Rahmi. “Sedangkan pada Kelompok B, gejala menurun di hari ke-8 sebesar 48,87%.”
Hasil juga menunjukkan bahwa pasien di kelompok A rata-rata dalam waktu 5-6 hari sudah dinyatakan negatif.
“Nasofaring yang merupakan reservoir virus diserang dari berbagai sisi (dengan obat-obatan standar, obat kumur dan semprot hidung),” Prof. Rahmi menjelaskan.
Peneliti menyimpulkan penggunaan obat kumur PVP-I 6x sehari dan obat semprot hidung IO 3x sehari terbukti mampu mengurangi gejala ringan COVID-19. Riset ini telah dipublikasikan di Tekiyo Medical Journal (2021).
Penelitian ini merupakan riset independen yang dilakukan oleh tim lintas institusi seperti dari Universitas Trisakti, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Lembaga Riset IDI dan RSDC Wisma Atlet. (jie)