Varian Delta virus COVID-19 telah mengubah harapan untuk mencapai herd immunity, atau kekebalan kelompok, ujar ilmuwan pengembang vaksin AstraZeneca/Oxford.
Berbicara dalam rapat parlemen Inggris, Sir Andrew Pollard, profesor penyakit menular anak dan imunitas di University of Oxford, mengatakan bila varian Delta menyebabkan herd immunity sulit tercapai.
“Kami mengetahui dengan sangat jelas bahwa varian Delta virus corona saat ini, masih akan menginfeksi orang yang sudah divaksinasi, dan itu berarti bahwa siapa pun yang masih belum divaksinasi, pada titik tertentu, akan bertemu virus itu,” kata Pollard, mengutip Business Insider.
Ia bahkan mengatakan bila tidak mungkin herd immunity akan tercapai, alasannya varian baru virus corona berikutnya mungkin akan lebih baik dalam menularkan pada populasi orang yang divaksinasi.
"Kita tidak memiliki apa pun yang bisa menghentikan penularan itu ke orang lain," imbuh Pollard.
Israel adalah contoh yang baik untuk ini: kasus COVID-19 turun di negara itu setelah memvaksinasi sekitar 80% orang dewasa – meningkatkan harapan bahwa itu telah mencapai herd immunity – tetapi sejak beredarnya varian Delta terjadi lonjakan kasus lagi.
Vaksinasi tetap penting, mengurangi risiko keparahan
Beberapa ilmuwan tetap berharap bila kekebalan kelompok terhadap COVID-19 ini bisa tercapai, seperti halnya pada virus campak yang juga sangat menular.
Banyak negara telah mencapai herd immunity terhadap campak dengan memvaksinasi 95% penduduknya. Amerika Serikat misalnya, epidemi campak dinyatakan berakhir tahun 2000. Itu karena sejak seseorang divaksinasi, mereka tidak bisa menularkan virus campak.
Sementara itu pada COVID-19, vaksin masih mampu memenuhi peran utamanya, yakni melindungi dari infeksi parah. Menurut CDC (pusat pengendalian dan pencegahan penyakit pemerintah AS), mereka yang divaksinasi dan terinfeksi varian Delta 25 kali lebih kecil kemungkinannya mengalami penyakit yang parah atau meninggal. Sebagian besar hanya mendapatkan gejala ringan atau tanpa gejala.
Tetapi bukti ilmiah yang berkembang menunjukkan, dengan varian Delta, mereka yang sudah divaksinasi penuh tetap bisa menularkan virus corona.
Penyelidikan yang dilakukan CDC menemukan bila jumlah virus corona (varian Delta) dalam orang yang divaksinasi mirip dengan yang ditemukan pada mereka yang tidak divaksinasi. Ini mengindikasikan bila orang yang divaksinasi pun dapat dengan mudah menularkan virus, bahkan jika mereka cenderung dengan gejala ringan atau tidak bergejala.
Itu sebabnya pada Juli 2021 lalu CDC kembali menyarankan bahwa orang yang sudah divaksinasi penuh memakai masker bila berada di tempat umum di dalam ruangan, di daerah dengan kasus transmisi tinggi.
Sebelumnya pada Mei 2021 CDC mengatakan bila mereka yang divaksinasi penuh boleh tidak memakai masker. (jie)