penyebab penulis novel lupus hilman hariwijaya meninggal
penyebab penulis novel lupus hilman hariwijaya meninggal

Hilman Lupus Meninggal, Cukup Tidur Cara Sederhana Lansia Hindari Stroke dan Demensia

Penulis novel Lupus Hilman Hariwijaya (57 tahun) meninggalkan para penggemar untuk selama-lamanya, Rabu pagi sekitar pukul 08.00 WIB, 9 Maret 2022. Hilman mengalami stroke ringan beberapa waktu lalu, dan sejak itu kondisi kesehatannya dikabarkan menurun.  

Sebagai sahabat dan penulis seangkatan, Heri Hendrayana Harris alias Gola Gong sudah menyarankan agar Hilman berhenti menulis naskah sinetron, dan fokus menikmati hari tua. Gola Gong menilai, kesibukan sebagai penulis naskah sinetron kejar tayang, membuat Hilman kurang istirahat, kurang tidur dan lumayan stres dikejar deadline.

Apalagi karena sejak tahun lalu, kondisi kesehatannya menurun karena stroke ringan. Namun, Hilman tetap pada kesibukannya. Tampaknya, sebagai penulis ia tak hendak berhenti berkarya. Di sisi lain, ia harus mentaati deadline menulis naskah kejar tayang.

Hilman menjadi idola anak muda tahun 1980-1990an, dengan  tokoh Lupus dalam karyanya. Novel Lupus ada 28 (1986-2007), Lupus Kecil 13 novel (1989-2003), Olga Sepatu Roda (1992), dan Lupus ABG 11 novel (1995-2005). Berikutnya, kelahiran 25 Agustus 1964 ini menulis skenario sinetron. Ada Cinta Fitri, Melati untuk Marvel dan lain-lain. Antusiasme penggemar juga membuat novel Lupus diangkat ke layar lebar.

Perlu tidur 7 – 10 jam

          Gola Gong tak hanya berpesan pada sahabatnya Hilman, agar cukup tidur. Cukup istirahat & tidur merupakan resep lansia (lanjut usia) agar tetap sehat. Sebuah studi yang dilakukan Harvard Medical School mengungkapkan, kurang tidur terutama pada lansia, berisiko memicu aneka penyakit; mulai diabetes, stroke, penyakit kardiovaskular sampai demensia. 

Studi yang ditulis di Journal of Sleep Research itu mengumpulkan data ribuan orang selama 8 tahun, yang mengalami sulit tidur. Data dikumpulkan melalui wawancara terhadap 6.376 responden, yang semuanya peserta asuransi kesehatan.

Menurut para responden, sejak tahun 2011-2018 hampir setiap  malam mereka sulit tidur. Masalah ini dilaporkan sendiri oleh peserta penelitian, yang kemudian dibandingkan dengan catatan medis para peserta.

Pakar di Harvard Medical School Rebecca Robbins mengatakan, tidur teratur membantu mengurangi penurunan kemampuan fungsi otak, yang sering menyebabkan banyak kematian. "Manusia harus tidur 7 – 10 jam setiap malam, tergantung usia," katanya, seperti dikutip CNN.

Data The World Sleep Society menyebutkan, 45 persen populasi di  dunia sulit tidur. Karena kurang tidur, risiko mengalami bermacam penyakit termasuk demensia meningkat.

"Ada hubungan erat antara sering sulit tidur dan terbangun di malam hari, dengan demensia dan kematian dini karena sebab apa pun," katanya. Menurut studi, mereka yang mengalami sulit tidur hampir setiap malam, 44 persen risiko kematian dini dari penyebab apa pun meningkat.

Mereka yang sering terbangun malam hari dan harus berjuang keras untuk bisa kembali tidur, risiko kematian dini oleh sebab apa pun meningkat 56 persen.

Risiko demensia tak jauh beda. Mereka yang sering mengalami sulit tidur, risiko demensia meningkat 49 persen. Sedangkan mereka yang sering terbangun saat tidur di malam hari dan sulit untuk tidur kembali, risiko mengalami demensia naik 39 persen.

Presiden American Academy of Sleep Medicine Dr. Kannan Ramar menyatakan, tidur yang sehat sama pentingnya dengan nutrisi yang tepat dan olahraga teratur, untuk kesehatan dan kesejahteraan. Cukup tidur penting untuk kinerja dan keamanan seseorang.

"Cukup tidur sangat penting untuk kesehatan. Kami menghimbau para pendidik, profesional perawatan kesehatan, pejabat pemerintah dan pengusaha, untuk memprioritaskan tidur yang sehat," ujar Dr. Kannan. (sur)