Bisa jadi, Anda mengalami alergi tungau debu rumah yang menempel di bantal atau guling. Diketahui, jutaan sel mati tersebar di kasur tiap hari dan akan terus berakumulasi. Peneliti berpendapat, jika bantal guling sudah berusia 2 tahun, 10% dari beratnya adalah akumulasi sel mati dan tungau debu rumah.
Menurut dr. Lisa Ackerley, Deputy Chairman dari International Scientific on Home Hygiene (IFH), Inggris, yang ‘mengerikan’ bukan hanya tungau, tapi juga kotorannya. Tungau umumnya tidak membawa penyakit. Tapi, enzim-enzim (terutama protease) di kotorannya membuat reaksi alergi pada sebagian orang.
“Jika seseorang memiliki asma, hal ini dapat memperburuk kondisinya. Juga akan membuat hidungnya selalu meler, mata merah dan gatal serta batuk,” papar wanita yang disebut The hygiene doctor ini.
Kasus yang dialami Marnie Riches dari Manchester, Inggris, akhir Maret 2016 sangat mengejutkan. Alergi gara-gara tungau debu kasur menimbulkan radang di telinga dan hampir membuatnya tuli. Ukuran tungau sangat kecil (± 420 µm) hingga tak telihat oleh mata telanjang. Tungau sebenarnya adalah spesies hewan tak bertulang belakang, yang dikelompokkan sebagai arachnida, satu kelompok yang sama dengan kutu. Ia memakan sel-sel mati yang tertinggal di bantal/guling atau sprei yang jarang dibersihkan. Tungau menyukai lingkungan hangat seperti kasur. Tungau betina dapat bertelur 60 – 100 butir dalam 5 minggu terakhir hidupnya.
Selama siklus hidup, tungau debu memproduksi kotoran >20 kali sehari. Juga mengeluarkan partikel makanan yang tidak tercerna, dan partikel ini mengumpulkan debu dan polutan lain dari udara. Kotoran dan partikel-partikel ini bisa membuat orang jatuh sakit.
“Cuci bantal/guling dan pastikan kering. Jika mungkin, masukkan bantal beberapa waktu di freezer setelah dicuci,” katanya. “Bila mengeringkan menggunakan mesin, naikkan suhu sampai 60°C untuk membunuh sisa tungau.” (jie)