Gymnema sylvestre, tak ada hubungan dengan aktor Sylvester Stallone. Tanaman merambat asal India ini mengandung obat antidiabetes.
Bentuknya daunnya mirip tanaman sirih, sehingga orang kerap salah sangka. Di daerah asalnya, India tengah dan selatan sampai Pakistan, sudah lebih dari 2000 tahun tanaman ini digunakan sebagai obat tradisional untuk diabetes (kencing manis). Tanaman gymnema dikenal juga sebagai gurmar, yang dalam kitab pengobatan kuno India (Ayurveda) berarti penghancur gula.
Sejak lama secara tradisional masyarakat India dan Pakistan yang menderita ‘kencing madu’ (sebutan bagi penderita diabetes saat itu) biasa mengunyah 1-2 lembar daun gurmar. Kandunghan zat-zat penghancur gula akan keluar lewat proses pengunyahan, membuat lidah tidak peka pada rasa manis dan pahit. Hal ini berlangsung sampai beberapa jam.
Mereka beranggapan, dengan menghalangi lidah merasakan rasa manis, sekaligus akan mengganggu tubuh dalam mencerna gula. Akibatnya terjadi penurunan kadar gula darah. Dalam riset yang dilakukan akhir tahun 1930, efek ini (hipoglikemik) benar-benar terbukti secara ilmiah. Masih dalam ranah pengobatan tradisional India, gymnema juga digunakan dalam ramuan obat untuk alergi, infeksi saluran kemih, anemia, kolesterol dan yuntuk menurunkan berat badan.
Gymnema dikenal di daerah Maluku dan Bali dengan sebutan sayor, pepe atau utamata. Dalam buku Taru Premana tahun 1991, karangan Putra, S dipaparkan daun pepe biasa digunakan bersama-sama dengan bahan lain dalam ramuan sebagai obat muntaber, atau penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Riset modern
Gymnema merupakan tanaman merambat, sepintas dan secara kasat mata tanaman ini hampir sama dengan tanaman daun sirih. Hanya saja, tanaman ini berdaun bulat (elips), bunganya berwarna kuning kecil, berbentuk seperti lonceng. Tanaman ini mempunyai kandungan bahan aktif, yaitu asam gymnemat, yang bila daun dan akarnya dapat membantu menurunkan dan menyeimbangkan tingkat gula darah.
Dalam penelitian ilmiah modern di India tahun 1990-an, didapati gymnema terbukti mampu menurunkan kadar gula darah setelah pemakaian secara kontinyu selama 18-24 bulan. Dalam studi lain didapati, anak-anak penderita diabetes tipe I yang mengonsumsi ekstrak gymnema bersama suntikan insulin, dosis insulin dapat diturunkan. Ini ditulis dalam buku The Green Pharmacy tahun 1997.
Pada pertangahan tahun 2002, percobaan klinis yang dilakukan di Amerika Serikat memberi konfirmasi tambahan bahwa ekstrak gymnema dapat digunakan pada kasus diabetes mellitus tipe 1 (diderita sejak lahir karena masalah genetik). Para responden dalam penelitian tersebut mampu menurunkan penggunaan obat sampai 16%. Pada kelompok responden yang sama juga ditemukan bahwa gymnema bermanfaat bagi penderita diabetes non insulin (diabetes tipe 2).
Riset yang dilakukan Al-Romaiyan A, King AJ, dkk., semakin menguatkan studi-studi sebelumnya. Ekstrak gymnema yang disebut OSA® (0,25 mg/ml) memicu peningkatan pengeluaran insulin pada tikus di konsentrasi glukosa stimulatory (20mM) dan substimulatory (2mM).
Kemudian dilakukan tambahan perlakuan selama 24-48 jam pada tikus. Efek yang didapatkan tetap konsisten. Peneliti menyimpulkan, ekstrak gymnema potensial digunakan dalam terapi hiperglikemik yang berhubungan dengan obesitas (diabetes mellitus tipe 2). Studi ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Phytotherapy Research 2013.
Masih banyak penelitian lain yang menyatakan hal serupa, termasuk pengaruh gymnema pada stres oksidasi dan status antioksidan hewan coba. Perlu dipahami, diabetes berhubungan langsung dengan stres oksidasi (jumlah radikal bebas yang melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya) di berbagai organ tubuh. Ekstrak gymnema menurunkan level oksidasi lemak dalam darah sampai 31,7%, dalam liver 9,9% dan 9,1% pada ginjal hewan coba. Studi yang dilakukan oleh Kang MH, dkk., ini dipublikasikan dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry 2012.
Menurunkan berat badan
Si ‘penghancur’ gula ini terbukti memiliki efek menahan kecanduan gula/rasa manis dan nafsu makan. Secara tidak langsung bermanfaat untuk menurunkan berat badan. Dr. Edward Group DC, NP., dari Global Healing Center, AS, menjelaskan berdasarkan studi psikologi dan tingkah laku, responden yang diminta puasa dan satu jam sebelum makan diberi ekstrak gymnema, makannya menjadi lebih sedikit dibanding responden yang tidak mendapat ekstrak gymnema.
Sebuah studi yang dilakukan di Departement of Biology, Sri Venkateswara University, India, memberin kesimpulan yang mengejutkan. Selama 8 minggu, tim peneliti memberikan ekstrak gymnema kepada tikus obes (tikus sengaja diberi makanan tinggi lemak). Di akhir penelitian didapati bahwa tikus-tikus tersebut mengalami penurunan berat badan meski porsi makanan yang diberikan sama. Tim peneliti juga mencatat bahwa level kolesterol ‘jahat’ (LDL) ikut turun.
Dr. Edward menambahkan, saat ini ekstrak gymnema terbanyak diproduksi dalam bentuk kapsul, walau bentuk bubuk dan teh juga tersedia. “Saat mencari suplemen gymnema, penting untuk melihat bahwa tidak dicampur dengan bahan-bahan lain. Meski penelitian menunjukkan efek mekanisme sebagai penghalang gula, yang tak kalah penting adalah menerapkan diet yang seimbang,” ujarnya. (jie)