Pendemi COVID-19 berdampak signifikan terhadap layanan kanker di seluruh dunia. Di Asia tercatat terjadi penurunan jumlah pasien yang mengakses layanan kanker. Melalui kampanye New Normal, Same Cancer mengimbau agar pasien tidak menunda perawatan kanker agar berpeluang mencapai hasil terbaik.
Sebuah kampanye New Normal, Same Cancer dilakukan oleh ahli-ahli kanker dari India, Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand mengajak para pasien untuk tidak menunda melakukan akses layanan kanker.
Penelitian terbaru oleh Hanna T, dkk., yang diterbitkan di British Medical Journal (2020) menunjukkan bahwa dengan penundaan satu bulan pengobatan dapat menyebabkan peningkatan risiko kematian sebesar 6%.
Para ahli mendorong pasien kanker untuk melanjutkan pengobatan yang mungkin terhenti sementara, dan orang-orang dengan kemungkinan memiliki gejala kanker, atau yang telah melewatkan pemeriksaan rutin, untuk berkonsultasi dengan dokter.
Dalam laporannya disebutkan pandemi COVID-19 menyebabkan terganggunya banyak layanan bagi penderita kanker di Asia selama setahun terakhir, serta pemeriksaan kanker di beberapa negara.
Bahkan meskipun layanan tetap tersedia, beberapa pasien menunda melakukan pemeriksaan atau pengobatan karena takut tertular virus.
Sebuah survei (IQVIA 2020 Oncology Snapshot in the Time of COVID-19) di Filipina menemukan bahwa ketakutan dan kecemasan pasien kanker yang ditimbulkan oleh kekhawatiran tertular virus memengaruhi perilaku pencarian solusi kesehatan bagi mereka yang masih perlu didiagnosis.
Selain itu, survei terhadap 480 para ahli bedah di seluruh India, memperkirakan 192.000 pasien kemungkinan mengalami keterlambatan dalam diagnosis kanker secara tepat waktu. Terdapat penurunan kunjungan untuk konsultasi pertama hingga 9%, dan 30% penurunan konsultasi tindak lanjut di National University Cancer Institute, Singapura (NCIS) antara Februari dan Maret 2020.
Guna membantu melindungi masyarakat yang mengunjungi klinik kanker, banyak fasilitas kesehatan telah menerapkan solusi baru untuk meminimalisasi risiko penularan COVID-19. Telehealth telah menjadi bagian penting dari layanan pasien, yang memungkinkan para tenaga kesehatan untuk memeriksa pasien dan melakukan skrining jarak jauh tanpa pasien perlu meninggalkan rumah.
Bagaimana situasinya di Indonesia?
“Di Rumah Sakit Kanker Dharmais terjadi penurunan angka kunjungan pasien, sampai dengan 37%,” terang dr. Muhammad Yusuf, SpOG, ahli onkologi ginekologi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
Selain itu dampak juga terasa di layanan kanker, seperti janji skrining Pap smear tahunan gratis turun 75%, dan layanan perawatan paliatif di rumah ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Efek lain yang dirasakan di sektor layanan kanker seperti :
1. Jam klinik kanker dikurangi dari lima kali menjadi dua kali seminggu
2. Layanan skrining massal dibatalkan sampai dengan batas waktu yang belum ditentukan
3. Waktu tunggu operasi kanker diperpanjang karena penjadwalan yang ketat untuk mencegah infeksi
Namun rumah sakit juga melakukan langkah-langkah pencegahan infeksi virus Corona di rumah sakit, antara lain dengan :
1. Tindakan pengendalian infeksi yang ketat dilakukan di seluruh rumah sakit
2. Pemindaian termal dan skrining kuesioner sebelum masuk ke rumah sakit
3. Semua pasien diskrining untuk COVID-19 sebelum menjalani pengobatan
4. Penderita pneumonia dan COVID-19 diisolasi di tempat terpisah
5. Perjanjian untuk konsultasi dibuat melalui aplikasi
6. Pasien diperiksa melalui telekonsultasi dan pengobatan dikirim ke rumah mereka
7. Protokol pengobatan dan perjalanan pasien disesuaikan untuk memastikan pengobatan yang tepat (jie)