Menurut dr. Maria Astheria Witjaksono, MPALLC (FU), dari Unit Paliatif RS Kanker Dharmais, Jakarta, peran keluarga sangat membantu proses penyembuhan pasien. Informasi yang benar, membuat pasien tahu apa yang harus dilakukan untuk melawan penyakit. “Jangan bohong kepada pasien. Sampaikan informasi tanpa menghilangkan harapan,” tegas dr. Maria.
Pasien perlu memahami penyakit yang diderita dan pengobatan yang diberikan. Misalnya, rambut rontok selama kemoterapi, atau bisa kehilangan satu/kedua payudara lewat operasi. Pasien perlu tahu, jika terjadi penurunan darah merah/darah putih apa yang harus dilakukan, juga saat nyeri tak tertahankan dan sebagainya. Keluarga perlu menemani saat pasien ketemu dokter. “Pasien/keluarga boleh mencari second opinion,” jelas dr. Maria. Tapi, jangan mudah tergiur pengobatan alternatif yang sering tidak masuk akal.
Pasien harus dilibatkan dalam membuat keputusan. Keluarga harus lebih banyak mendengar. Jangan membuat pasien tambah stres. Beri pujian atas ‘prestasi-prestasi’ sekecil apa pun. Misalnya, puji kalau bisa makan sampai 2 sendok. Sertai dengan pelukan dan ciuman.
Mengidap kanker bukan berarti harus mengurung diri di rumah. Akitivitas fisik semampunya, dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Penelitian menunjukkan, perkembangan tumor lebih lambat pada pasien yang mampu mengekspresikan perasaannya. (jie)