Risiko mengalami disfungsi ereksi meningkat seiring penuaan. Tetapi diabetes melitus meningkatkan risiko disfungsi ereksi lebih jauh.
Dalam studi pada 351 penderita diabetes baru, peneliti dari German Diabetes Center menemukan bahwa disfungsi ereksi juga terjadi penderita diabetes yang baru terdiagnosis, dan prevalensi disfungsi ereksi bervariasi antara subtipe diabetes.
Haifa Maalmi, MD, salah satu peneliti menjelaskan kejadian disfungsi ereksi bisa terjadi pada penderita diabetes yang baru terdiagnosis kurang dari 1 tahun. Ini tidak mengejutkan, katanya.
“Pertama, metabolisme diabetes sering muncul berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum diagnosis yang sebenarnya, dan meskipun penelitian di Jerman mencakup orang-orang dengan durasi diabetes yang diketahui kurang dari satu tahun, durasi diabetes yang sebenarnya tidak diketahui,” katanya, melansir Medscape.
Kedua, sebagian besar komplikasi diabetes (termasuk disfungsi ereksi) berkembang selama tahap prediabetes, ketika gula darah di atas nilai normal tetapi masih di bawah ambang diabetes.
Kerusakan dini pada pembuluh darah di penis mungkin sudah berkembang selama fase prediabetes dan menyebabkan disfungsi ereksi segera setelah diagnosis, Maalmi menambahkan.
Prevalensi disfungsi ereksi yang ditentukan dalam riset tersebut disesuaikan dengan prevalensi di penelitian sebelumnya dengan penderita diabetes yang baru saja berkembang (20-37%).
Namun perlu dicatat bahwa prevalensi disfungsi ereksi pada penderita diabetes yang baru terdiagnosis dalam penelitian ini, jauh lebih rendah dari pada penderita diabetes yang sudah lama (prevalensinya 35 - 90%).
“Namun jika Anda mempertimbangkan bahwa subyek penelitian kami relatif muda (rerata usia 49 tahun), prevalensi 23% masih dapat dianggap tinggi,” kata Maalmi.
Usia dan derajat disfungsi ereksi
Studi yang diterbitkan di jurnal Diabetologia (2022) ini melibatkan partisipan berusia 18 - 69 tahun.
Peneliti melihat bahwa usia mempengaruhi derajat keparahan disfungsi ereksi, pria yang lebih tua lebih sering terkena dan lebih berat.
“Ya, ada hubungan antara usia dan ereksi yang buruk (dapat dinilai melalui International Index of Erection Function). Hubungan ini diketahui dan dikonfirmasi dalam penelitian kami,” tegas Maalmi.
Disfungsi ereksi pada diabetes diremehkan?
“Kami percaya bahwa disfungsi ereksi pada penderita diabetes tipe 2 dan 1 agak diremehkan. Dalam praktik klinis, malah seksual dianggap terlalu pribadi dan sensitif. Oleh karena itu, banyak pria – terutama yang lebih tua yang tidak terlalu aktif secara seksual – tidak pergi ke dokter dan tetap tidak terdeteksi,” Maalmi menjelaskan.
Pada studi epidemiologi, di mana disfungsi ereksi ditentukan dengan kuisioner, kebanyakan pria merasa bahwa peforma seksual mereka adalah subyek yang sangat intim dan memilih untuk tidak menjawab beberapa pertanyaan.
Akibatnya, status disfungsi ereksi tidak dapat ditentukan pada subyek dengan informasi yang tidak lengkap mengenai kemampuan ereksi mereka.
Penelitian tersebut menyimpulkan, di antara penderita diabetes yang baru terdiagnosis, prevalensi disfungsi ereksi terbesar terjadi pada diabetes dengan resistensi insulin berat (52%). Sementara pada diabetes dengan kekurangan insulin berat, obesitas sedang dan usia pertengahan angkanya secara berurutan adalah 31%, 18% dan 29%. (jie)
Baca: Asam Folat Untuk Disfungsi Ereksi, Benarkah Bermanfaat?