“Awalnya, diet keto dikembangkan untuk pasien epilepsi,” ucap dr. Diana F. Suganda, MKes, Sp.GK dari RS Pondok Indah - Bintaro. Beberapa studi menemukan, episode kejang berkurang drastic pada anak-anak epilepsi yang menjalani diet keto. Beberapa anak bahkan mengalami remisi komplit.
Namun demikian, pelaksanaannya harus diawasi ketat oleh dokter. Ahli gizi akan memonitor nutrisi anak dan mengajarkan orangtua mengenai pola makan ini. Ahli saraf anak akan memonitor obat-obatan dan kesehatan anak secara menyeluruh.
(Baca juga: Pasien Kanker Butuh Lemak Lebih Banyak)
Bagaimanapun, diet ini bukannya tanpa risiko. Dalam jangka panjang, ada risiko tertentu seperti batu ginjal, kadar kolesterol darah tinggi, sembelit, terlambatnya pertumbuhan dan patah tulang. Diet keto klasik tidak disarankan untuk orang dewasa epilepsi, karena sulitnya menerapkan pembatasan pilihan makanan di usia dewasa.
Penelitian terbaru, diet ini disarankan untuk pasien kanker. “Sel kanker hanya bisa menggunakan glukosa sebagai energi, tidak bisa menggunakan lemak,” terang Dr. dr. Fiastuti Witjaksono MSc, MS, Sp.GK, Ketua Dept. Ilmu Gizi FK Universitas Indonesia, Jakarta, dalam kesempatan berbeda. Dengan diet keto, diharapkan sel kanker akan kelaparan dan akhirnya mati, sedangkan sel normal bisa tetap hidup karena menggunakan energi dari lemak.
Berbahaya bagi penyandang diabetes
Mereka dengan diabetes (diabetesi) terutama yang tidak terkontrol dan diabetes tipe 1, dilarang keras menjalani diet ini. “Bisa terjadi ketoasidosis, sangat berbahaya,” tegas dr. Diana. Ketoasidosis adalah kondisi di mana kadar keton sangat tinggi dalam darah sehingga darah menjadi asam.
Pada pasien diabetes, insulin tidak ada/tidak cukup untuk memasukkan gula ke sel. Dampaknya, gula darah terlampau tinggi; di saat bersamaan, sel ‘kelaparan’ karena tidak mendapat makanan. Akhirnya tubuh mencari sumber energi dari cadangan lemak dan dihasilkanlah keton. Bila kondisi ini berlangsung lama, keton akan menumpuk di dalam darah. Inilah yang menyebabkan terjadinya ketoasidosis diabetik.
(Baca juga: Diet "Kekinian" yang Sebenarnya Tidak Direkomendasikan)
Ketoasidosis sangat berbahaya. Orang yang mengalaminya bisa kehilangan kesadaran, koma, bahkan meninggal dunia. Tanda-tandanya antara lain mual-muntah, nyeri perut, nafas berbau buah, mulut kering (tanda dehidrasi), kehausan, banyak buang air kecil, kelelahan, hingga kesadaran berkurang. Segera bawa diabetesi ke RS bila mengalami tanda-tanda ini.
Kadar gula darah >240 mg/dL diserta dengan gejala yang telah disebutkan adalah indikasi kuat telah terjadi ketoasidosis. Ketoasidosis utamanya terjadi pada penyandang diabetes tipe 1. Yang tipe 2 lebih jarang, tapi tetap bisa mengalaminya bila gula darah tidak terkontrol. (nid)