Pandemi COVID-19 berdampak ke semua orang, baik mereka dengan ekonomi kuat atau lemah. Selain kesehatan fisik, psikologis pun ikut terpengaruh. Laporan terbaru menyatakan orang dengan gangguan jiwa memiliki pemikiran untuk mati lebih tinggi selama pandemi.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) merilis hasil survei bahwa dampak psikologis akibat pandemi COVID-19 sangat terasa. Ada peningkatan kejadian depresi dan keinginan untuk bunuh diri selama pandemi ini.
Berdasarkan analisa data 4010 swaperiksa yang dilakukan oleh PDSKJI (di 34 provinsi) didapatkan 64,8% masyarakat mengalami masalah psikologis di tengah pandemi, termasuk gangguan cemas (65%), depresi (62%) dan trauma psikologis (75%).
Masalah psikologis terbanyak ditemukan pada kelompok usia 17-29 tahun dan >60 tahun.
Tetapi yang lebih memprihatinkan adalah “satu dari lima orang memiliki pemikiran tentang lebih baik mati,” tulis laporan tersebut.
Dari total partisipan dengan masalah psikologis, terdapat 1725 penderita depresi dan 62% di antaranya dengan masalah psikologis depresi, 44% dari mereka berpikir merasa lebih baik mati atau melukai diri dengan cara apapun.
Laporan tersebut juga menyatakan bila pikiran tentang kematian terbanyak (65%) muncul pada usia 18-29 tahun; 44% muncul pada usia yang lebih tua. Pada mereka ini 15% punya pemikiran lebih baik mati setiap hari. Sementara 20% lainnya beberapa hari dalam seminggu.
Gangguan psikologis/ jiwa dapat terjadi di tengah pandemi karena stresor psikososial yang meningkat. Yang perlu dipahami adalah gangguan jiwa merupakan penyakit medis yang bisa dipulihkan.
Konsultasikan segera ke profisional kesehatan jiwa (psikolog / psikiater) bila mengalami gejala gangguan jiwa. Dan, hentikan stigmatisasi atau diskriminasi pada ODGJ. Dampingi dan tolong mereka mengatasi gangguan yang mereka alami.
Meningkatkan risiko terinfeksi corona
Data riset Wang QQ (2020) dan Nemani K (2020) menyatakan bila orang dengan gangguan jiwa berisiko 7 kali lipat untuk terpapar COVID-19, dan kemudian menularkannya pada orang lain.
Jurnal JAMA Psychiatry (2021) mencatat bahwa risiko kematian pada ODGJ yang terinfeksi corona juga meningkat 2 kali lipat. Penanganan yang lebih intensif perlu dilakukan pada keadaan komorbid ODGJ dan COVID-19. Bukan hanya COVID-19 yang diterapi tetapi juga gangguan jiwanya.
Vaksinasi COVID-19 pada ODGJ akan menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
Tips sehat jiwa di tengah pandemi
PDSKJI juga merilis panduan agar kondisi psikologis/kejiwaan tetap sehat di tengah situasi pandemi yang tidak menentu.
- Apabila merasa cemas, sedih, takut, marah, frustasi ini adalah perasaan normal di masa krisis. Cobalah bercerita pada orang yang dipercaya untuk membantu meredakan perasaan tersebut.
- Tetap jaga pola hidup sehat, seperti konsumsi makanan bergizi, tidur cukup, olahraga dan lakukan kontak sosial dengan orang yang dikasihi melalui media komunikasi yang ada. Lakukan hobi yang disukai.
- Batasi membaca, menonton atau mendengarkan berita yang berlebihan tentang COVID-19. Ambil jarak sejenak dari berita yang berlebihan, terutama di media sosial. Pilihlah berita dari sumber yang terpercaya.
- Atasi stres, pikiran dan perasaan yang berat dengan melakukan manajemen stres seperti: latihan pernapasan; relaksasi otot progresif; teknik ‘grounding, mindfulness atau journaling’; dll.
- Konsultasikan ke profesional kesehatan jiwa apabila terdapat gejala gangguan jiwa yang mulai mengganggu fungsi dan produktivitas sehari-hari. (jie)
Baca juga: 5 Kalimat Penyemangat Yang Jangan Diucapkan Saat Orang Lain Sedih