covid-19 picu pembekuan darah yang lebih berat daripada vaksinasi

COVID-19 Picu Pembekuan Darah Yang Lebih Berat Daripada Vaksinasi

Infeksi COVID-19 memicu risiko terjadinya pembekuan darah yang lebih berat dibandingkan vaksinasi AstraZeneca/Oxford atau Pfizer/BioNTech dosis pertama. Demikian hasil studi skala besar yang dipimpin oleh peneliti dari Universitas of Oxford, Inggris.

Peneliti menggunakan data dari lebih dari 29 juta orang yang telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama, atau divaksinasi antara Desember 2020 hingga April 2021.

Mereka menemukan walau ada risiko pembekuan darah setelah vaksinasi (AstraZeneca atau Pfizer) dosis pertama, kemungkinan itu jauh lebih berat pada seseorang yang positif COVID-19.

“Masyarakat harus menyadari adanya risiko pembekuan darah setelah vaksinasi dan segera mencari bantuan medis jika ada gejalanya. Tetapi juga perlu waspada bila risikonya jauh lebih berat dan dalam jangka waktu yang lebih lama jika mereka terinfeksi SARS-CoV-2,” kata Julia Hippisley-Cox, profesor epidemiologi klinis di Oxford, dan penulis utama riset tersebut.

Studi ini mencakup trombositopenia – suatu kondisi dengan jumlah trombosit yang rendah – dan kejadian tromboemboli (penggumpalan / pembekuan darah) setelah vaksinasi COVID-19, beberapa kejadian yang sama menyebabkan penggunaan vaksin AstraZeneca dibatasi di sejumlah negara.

Ditulis di the British Medical Journal (BMJ), peneliti merinci temuan pada lebih dari 29 juta orang yang divaksinasi dengan dosis pertama vaksin AstraZeneca atau Pfizer. Mereka menyimpulkan di kedua vaksin tersebut ada peningkatan risiko efek samping haematologikal dan vaskular yang bisa menyebabkan pasien dirawat di rumah sakit atau meninggal.

Tetapi peneliti mencatat risiko efek samping ini jauh lebih tinggi dan untuk jangka waktu lebih lama, setelah terinfeksi COVID-19 daripada setelah mendapat dosis pertama kedua vaksin tersebut.

Sebagai informasi, semua vaksin COVID-19 yang saat ini digunakan telah melewati uji klinis, yang tidak mungkin tidak mendeteksi efek samping yang sangat langka (pembekuan darah).

Ketika ditemukan efek samping pembekuan darah, maka regulator melakukan analisis risiko-manfaat obat, untuk membandingkan risiko efek samping vaksinasi versus manfaat menghindari penyakit (dalam hal ini COVID-19).

Aziz Sheikh, profesor dan direktur dari the Usher Institute, di University of Edinburgh, yang juga salah satu peneliti mengatakan, “Studi besar ini menunjukkan bahwa ada risiko yang sangat kecil untuk pembekuan darah dan kelainan darah lainnya setelah vaksinasi dosis pertama.”

“Meskipun serius, risiko pembekuan darah yang jauh lebih tinggi terjadi setelah infeksi SARS-CoV-2.”

Prof. Sheikh menggarisbawahi pentingnya mendapatkan vaksinasi untuk mengurangi risiko pembekuan darah dan perdarahan pada individu, dan karena manfaat kesehatan masyarakat yang sangat penting dari vaksinasi COVID-19. (jie)