Indonesia adalah surganya para pengemil. negara kita termasuk negara ketiga di dunia, yang masyarakatnya hobi ngemil - setelah Tiongkok dan Jepang. Sayangnya camilan yang beredar di pasaran, rata-rata tinggi lemak, gula dan garam. Camilan jenis ini, masuk kategori makanan dengan nilai indeks glikemi (IG) tinggi. Maka, tidak disarankan bagi penderita diabetes, hipertensi, hiperlipidemia (kelebihan lemak), kanker dan obesitas.
Indeks glikemiks adalah kecepatan karbohidrat dalam makanan dalam menaikkan glukosa darah, dengan nilai antara 0 – 100. Penelitian Prof. Dr. Made Astawan dari Institut Pertanian Bogor, mengategorikan camilan dengan IG rendah (< 55), IG sedang (55-70) dan IG tinggi (>70).
Camilan snack bar dari tepung kedelai dan buah-buahan kering, tergolong ber-IG rendah (kandungan protein, serat dan kadar gulanya rendah). Coklat termasuk golongan IG-nya rendah-sedang; biskuit tergolong sedang. Tapi wafer coklat, keripik kentang dan croissant termasuk ber-IG tinggi.
Bila kita mengonsumsi makanan ber-IG rendah, karbohidrat dirubah perlahan dan bertahap menjadi glukosa. Fluktuasi kadar gula darah pun rendah. Ini baik bagi penderita diabetes, yang perlu menjaga kestabilan kadar gula darah. Selain itu, “Karena dicerna perlahan akan menunda rasa lapar atau kenyang lebih lama,” tutur Prof. Made. Hal ini pun membuat lemak lebih banyak dibakar, sehingga bagus untuk orang yang ingin kurus.
Bukan berarti makanan ber-IG tinggi tidak baik. Selama digunakan dengan tepat, ia berfaedah. Ia baik digunakan untuk memulihkan kondisi tubuh, setelah melakukan aktivitas fisik berat atau saat berbuka puasa. Bagi olahragawan, peningkatan kadar gula darah yang cepat dibutuhkan agar segera dapat diolah menjadi energi. Begitu juga dengan anak-anak yang masih dalam masa tumbuh kembang.
Prof. Made menganjurkan untuk memperhatikan informasi gizi, yang terkandung dalam tiap makanan kemasan /camilan. Singkatnya: pilih camilan yang tepat. (jie)