Sudah tujuh bulan sejak awal virus corona ditemukan dan akhirnya menjadi pandemi. Tetapi tampaknya hoax tentang virus ini masih banyak beredar di media sosial. Salah satunya adalah anggapan bila konsumsi makanan dengan keasaman tinggi akan membunuh virus corona. Bagaimana fakta yang sebenarnya?
Informasi yang salah tentang obat, zat, makanan atau metode diet tertentu yang diklaim bisa membunuh / menyembuhkan virus SARS-CoV-2 sangatlah berbahaya. Tidak hanya akan membuat seseorang menjadi abai terhadap cara pencegahan yang sebenarnya, tetapi juga berisiko tertular dan menulari orang lain.
Salah satu berhubungan dengan diet alkaline (diet asam basa) diklaim mampu membunuh virus corona. Sayangnya banyak orang salah memahami konsep tentang diet alkaline ini.
Dalam pemahaman yang salah adalah dengan mengonsumsi makanan berkadar asam (pH) tinggi akan mengubah keasaman darah / tubuh menjadi lebih tinggi dari pH virus corona. Diharapkan ini menciptakan kondisi lingkungan yang tidak ideal untuk virus corona tumbuh. Akhirnya virus mati.
Faktanya pengertian tentang diet alkaline adalah mengatur pola makan untuk menyeimbangkan keasaman (pH) tubuh, yakni lebih banyak mengonsumsi makanan bersifat alkali (basa) setiap hari.
Dasar teori diet alkaline adalah tubuh rentan terhadap penyakit bila mengonsumsi makanan yang bersifat asam.
Makanan yang bersifat asam seperti daging, susu, telur, gula rafinasi dan makanan olahan akan memicu tubuh menghasilkan lebih banyak asam yang tidak baik bagi kesehatan. Sebaliknya makanan bersifat basa (alkali), seperti buah dan sayur, kedelai dan makanan turunannya, biji-bijian dan kacang-kacangan, dianggap sebagai pelindung.
Keasaman virus corona
Dasar asumsi klaim yang beredar di media sosial tersebut adalah tulisan yang diterbitkan di Journal of Virology tahun 1991. Dalam penjelasannya dijelaskan bila riset dilakukan pada virus corona jenis lain, yakni virus corona tikus hepatitis tipe 4 (MHV4).
Jurnal tersebut tidak mengklaim bila virus MHV4 memiliki kadar / rentang pH spsifik. Melainkan, riset melihat apa yang terjadi bila tikus (sel tikus) diinfeksi oleh MHV4 dengan kadar pH antara 5,5 – 8,5.
Jadi klaim tentang konsumsi makanan berkadar asam tinggi mampu membunuh virus SARS-CoV-2, penyebab COVID-19 tidaklah benar. Studi tersebut tidak terkait dengan virus SARS-CoV-2 yang baru muncul akhir 2019.
Selain itu, secara alamiah tubuh mampu mengatur kadar keasamannya sendiri. Makanan yang kita konsumsi tidak akan mengubah kadar pH di sel darah atau jaringan tubuh.
Dilansir dari USA Today, sebuah analisa oleh MD Anderson Center tentang hubungan antara diet alkaline dengan tingkat pH menjelaskan bahwa perubahan pola makan memang bisa merubah keasaman di air liur atau urin, karena ini adalah produk limbah, tetapi tidak di darah.
“Tidak mungkin Anda bisa makan cukup banyak sehingga benar-benar berdampak pada keasaman darah,” tulis ulasan tersebut.
Diet alkaline dan virus corona
Menerapkan pola diet alkaline tidak terbukti mencegah atau menyembuhkan infeksi virus corona. Centers for Disease Control (CDC) menyatakan belum ada obat atau terapi lain yang disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) untuk mencegah atau mengobati COVID-19.
Namun begitu, konsumsi makanan sehat akan mengingkatkan imunitas tubuh. Sebaliknya terlalu banyak mengonsumi makanan seperti gula, telur, daging dan makanan olahan justru diketahui menjadi sumber penyakit.
Selain itu postingan di media sosial juga salah dalam menyebutkan nilai pH beberapa makanan, seperti lemon dengan pH 9,9, dan jeruk nipis memiliki pH 8,2. Padahal keduanya memiliki kadar pH 2-3.
Donald Schaffner, seorang spesialis ilmu makanan mengatakan, “Nilai pH untuk makanan tersebut benar-benar salah dan orang-orang sebenarnya bisa mengonsumsinya bila mereka mau.”
Cara terbaik untuk mencegah seseorang terinfeksi virus corona adalah dengan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, konsumsi makanan bergizi dan olahraga. (jie)