Walau tiap tanggal 14 November diperingati sebagai hari Diabetes Sedunia, tetapi angka penyandang diabetes tetap tinggi. Indonesia Diabetic Federation (IDF) tahun 2017 mencatat Indonesia berada di urutan ke 6 sebagai negara dengan penyandang diabetes dewasa terbanyak.
Penyandang diabetes rentan mengalami komplikasi, baik yang bersifat akut (segera) atau kronis (jangka panjang). Komplikasi akut terjadi saat kadar gula darah berfluktuasi, berisiko mengakibatkan hipoglikemi (glukosa kurang dari normal) dan hiperglikemi (lebih dari normal).
Komplikasi kronis, menurut Dr. dr. Fatimah Eliana, SpPD, KEMD, FINASIM, merupakan bentuk dari hiperglikemi yang berkelanjutan / tak tertangani dengan baik. Berisiko menyebabkan komplikasi pada ginjal, mata, sistem saraf, bahkan jantung.
“Hipoglikemi harus segera ditangani karena berisiko menyebabkan kematian dengan cepat. Hipoglikemia adalah bila gula darah < 60 mg/dL, sedangkan hiperglikemia bila gula darah > 300 mg/dL,” kata dr. Eli, di acara Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia, yang berlangsung di Jakarta (13/11/2019).
Hipoglikemi dapat muncul secara tiba-tiba dan menimbulkan gejala seperti sulit konsentrasi, kesemutan, keringat dingin, jantung berdebar, sempoyongan, pusing, pucat, gemetar dan lelah.
“Glukosa adalah satu-satunya sumber energi untuk otak. Saat terjadi hipoglikemi otak akan kekurangan oksigen (hipoksia), bila terjadi teralalu lama pembuluh darah akan mengecil (iskemia), dan jika tidak segera mendapat pasokan gula otak bisa rusak,” urai dr. Eli.
Sementara itu kondisi gula darah tinggi atau hiperglikemi kerap kali tidak bergejala. Beberapa gejala yang sering muncul seperti merasa lapar, rasa haus yang berlebihan, sering kencing (terutama di malam hari), terdapat semut di kloset toilet, sering merasa ngantuk, dan berat badan turun.
Makan tiap 3 jam
Untuk mencegah terjadinya fluktuasi gula darah, penderita diabetes sangat disarankan untuk lebih sering makan (dalam porsi kecil).
Dalam kesempatan yang sama ahli gizi klinik, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, MSc, SpGK(K), menjelaskan seorang penderita diabetes harus makan teratur (seusai jadwal), yakni 3 kali makan besar dan 2-3 kali snack.
“Orang diabet harus makan tiap 2-3 jam. Kalau tidak sarapan risiko hipoglikemia naik. Makan terakhir bukan jam 6 .00 atau 7.00 malam, tetapi sebelum tidur jam 9.00 atau 10.00 malam. Tentu saja pilih makanan yang tidak cepat menaikkan gula, bisa camilan buah atau susu khusus diabetes, sehingga risiko terjadi hipoglikemia sepanjang malam juga rendah,” terang dr. Fiastuti.
Hipoglikemi kerap dialami oleh penderita diabetes yang mengurangi porsi makan (yang sudah ditentukan dokter), atau tidak makan, tetapi tetap mengonsumsi obat oral / insulin secara teratur.
Selain itu wajib memperhatikan jumlahnya. Kebutuhan kalori harian disesuaikan dengan berat badan, usia, jenis kelamin dan aktivitas fisik.
Pilih makanan yang benar
Selain jadwal dan jumlah makanan, hal lain yang wajib diperhatikan adalah pemilihan jenis makanan. Sangat disarankan memilih makanan dengan indeks glikemik (IG) rendah, artinya lambat menaikkan gula darah dan menimbulkan rasa kenyang lebih lama.
Usahakan mengonsumsi sumber karbohidrat kompleks, seperti beras merah, roti gandum atau kentang bersama kulitnya. “Beras putih dicampur beras merah kalau belum bisa makan beras merah. Tambahkan agar-agar untuk seratnya dan membuat nasi tetap pulen,” saran dr. Fiastuti.
Serat dalam sayur dan buah sangat penting karena akan menahan kenaikan gula darah (membuat gula darah lebih stabil). Tidak disarankan mengonsumsi buah manis atau terlalu matang, seperti sawo, mangga, durian, kelengkeng, dll. Lebih disarankan buah yang kurang manis, seperti apel, pear atau alpukat.
Pemilihan camilan lebih disarankan buah potong atau kacang-kacangan yang direbus. Nutrisi khusus diabetes –biasanya produk susu – boleh diminum di sela waktu makan atau sebelum tidur. (jie)
Baca juga : 7 Camilan Sehat Untuk Penderita Diabetes