Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, sampai hari Minggu 5 Desember 2021, varian baru virus Corona B.1.1.529 atau Omicron sudah teridentifikasi di 40 negara, dan jumlahnya diperkirakan atas terus meningkat. Varian Omicron juga sudah terdeteksi di tiga negara tetangga: Malaysia, Singapura dan Australia.
Ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Dicky Budiman wanti-wanti, agar masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan dan disuntik vaksin. Bila tidak, varian baru selain Omicron, bisa bermunculan.
Para peneliti di Afrika Selatan menyatakan, varian Omicron tiga kali lebih mungkin menginfeksi ulang penyintas Covid-19 dibanding varian Delta dan Beta. Berita baiknya, menurut WHO, sejauh ini, tidak ada kematian yang dilaporkan terkait varian Omicron.
Menurut WHO, perlu waktu beberapa minggu untuk kita dapat lebih memahami varian Omicron. Termasuk untuk mengetahui seberapa menularnya Omicron; apakah varian Omicron dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan seberapa efektif vaksin yang ada saat ini untuk melawannya.
WHO menyatakan, varian Omicron dapat menyebabkan kenaikan lebih dari setengah kasus Covid-19 di Eropa, beberapa bulan ke depan. Kepala Palang Merah Francesco Rocca mengatakan, munculnya Omicron merupakan bukti betapa berbahaya tingkat vaksinasi global yang tidak merata.
“Komunitas kesehatan sudah memperingatkan munculnya varian baru di kawasan yang tingkat vaksinasi sangat rendah," kata Rocca seperti ditulis The Guardian, Sabtu, 4 Desember 2021. Disayangkan, masih banyak pihak yang belum menyadari bahwa kita saling terhubung satu sama lain.
Tak perlu panik hadapi varian Omicron
Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan, seperti dilansir Aljazeera, Jumat 3 Desember 2021, mengajak semua pihak untuk menghadapi varian Omicron. “Respons terbaik adalah selalu siap, berhati-hati dan jangan panik berlebihan," ungkap Swaminathan kepada pers.
Munculnya varian Omicron sangat tidak diharapkan. Bagaimana pun, “Sekarang kita jauh lebih siap menghadapi, karena sudah cukup banyak yang kita ketahui tentang virus corona SARS-CoV-2. Dan, kita sudah punya vaksin.”
Menurut Direktur Kedaruratan WHO Mike Ryan, kita sudah memiliki vaksin yang efektif melawan Covid-19. "Kita harus fokuskan pada pendistribusian vaksin secara lebih merata," ungkap Ryan seperti dikutip dari BBC News, Sabtu 4 Desember lalu. Katanya, “Masih terlalu dini untuk mengetahui, apakah vaksin Covid-19 harus dimodifikasi untuk melawan varian Omicron.”
Selain Omicron dapat muncul varian-varian baru
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan, varian baru virus Corona B.1.1.529 (Omicron) sebagai variant of concern (VoC), atau varian yang menyebabkan peningkatan penularan dan kematian serta dapat mempengaruhi efektivitas vaksin.
Terdeteksi di Malaysia, Singapura dan Australia, apakah varian Omicron sudah masuk Indonesia? Bagi ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Dicky Budiman, hal itu sangat mungkin. Afrika Selatan memiliki surveilans genomik yang baik, untuk melacak dan memantau meluasnya penyebaran virus corona, sebagai langkah pencegahan.
Dicky berharap, surveilans genomik yang dilakukan pemerintah dapat mencapai 1 persen, atau paling tidak sama seperti Afrika Selatan 0,8 persen. Dengan begitu, kita dapat memiliki gambaran yang lebih baik mengenai varian Omicron. “Pergerakan perjalanan internasional sangat aktif dan cepat. Penerapan entry test dan exit test, bukan jaminan penularan virus dapat ditekan,” ia memaparkan.
Tak ada jalan lain, kecuali kita semua perlu meningkatkan kewaspadaan, dengan cara menguatkan respons terhadap pemeriksaan (testing), pelacakan kontak erat (tracing) dan perawatan (treatment), serta menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi.
"Kalau masyarakat abai memakai masker, tidak menjaga jarak dan menolak divaksin, akan sangat merugikan. Hal itu dapat mengundang munculnya varian-varian baru lagi, selain Omicron,” ujar Dicky. (sur)