Penjelasan Biopsi Jarum Halus | OTC Digest

Biopsi Jarum Halus

Persis seperti jarum suntik. Inilah biopsi jarum halus atau FNAB (fine needle aspiration biopsy). “Diameter jarum yang digunakan kecil, karenanya disebut jarum halus,” ucap dr. Lisnawati Sp.PA (K) dari RS Cipto Mangungkusumo, Jakarta. Prosedur ini biasa digunakan untuk mendiagnosis benjolan (massa), untuk mengetahui benjolan tersebut radang, infeksi atau tumor.

Untuk kasus tumor, FNAB tidak bisa digunakan mendiagnosis yang bersifat definitif misalnya melihat sifat tumor dan lain-lain. Jika ditemukan sel yang mencurigakan, perlu biopsi terbuka. Pun jika melalui FNAB diketahui, tumor tersebut adalah kanker anak sebar (mertastasis), “Harus dicari kanker primernya.” Namun untuk tumor paru, FNAB diharapkan bersifat definitif karena mengambil sample di tumor menembus tulang dada tidak mudah.

BACA JUGA: “JANGAN TAKUT BIOPSI”

                      DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA LEWAT NAPAS

Semua benjolan bisa diperiksa dengan FNAB? “Kalau massanya keras agak sulit. Bisa digunakan jarum berdiameter lebih besar,” ujar dr. Lisnawati. FNAB bisa dilakukan untuk mengambil sample benjolan, baik yang letaknya di atas (superfisial) mau pun yang di dalam misalnya di rongga perut. Untuk pasien yang tidak bisa menerima anestesi misal dalam keadaan koma atau ada ganguan fungsi jantung, FNAB menjadi pilihan utama.

Prosedur FNAB sederhana dan relatif tidak menyakitkan, seperti disuntik biasa, dan  tidak perlu anestesi (bius) sehingga lebih nyaman. Waktunya singkat (+10 menit), lebih murah dan sederhana; bisa dilakukan kapan saja di ruang praktek dokter, tidak perlu ruangan steril. Bisa dilakukan di tempat pasien dirawat. “Misal pada pasien koma atau tidak sadar, sehingga tidak mungkin berpindah tempat. Dokter bisa melakukan FNAB di kamar pasien,” ujar dr. Lisnawati.

Prosedur FNAB seperti injeksi (suntik). Kulit pada daerah yang ingin diambil sample-nya dibersihkan dengan alkohol. “Lalu jarum disuntikkan untuk mengambil sample tumor. Kadang tidak perlu disedot; cukup ditusuk-tusuk, mengandalkan daya kapiler,” terang dr. Lisnawati.

Jarum yang digunakan selalu baru. Jika FNAB perlu dilakukan di beberapa tempat karena ukuran tumor cukup besar, digunakan jarum baru untuk tiap pengambilan.

Ada kalanya FNAB perlu bantuan radiologi. Setelah diperiksa dengan USG oleh bagian radiologi, diberi tanda (marker) di mana FNAB harus dilakukan. Bisa juga dilakukan bersama-sama. Ini biasa dilakukan pada kasus yang sangat membutuhkan guiding dari radiologi, misalnya tumor di rongga perut. “Kita perlu tahu, berapa dalam tumornya dari kulit. Juga untuk menghindari daerah yang nekrotik (mati); kita membutuhkan sample tumor yang segar,” dr. Lisnawati memaparkan.

Tidak ada persiapan khusus dan tidak perlu perawatan pasca FNAB. Luka bekas tusukan cukup diplester. Sample yang sudah diambil dikirim ke laboratorium patologi anatomi, untuk diperiksa di bawah mikroskop. Hasilnya bisa didapatkan dalam 3 hari kerja, “Jika dilakukan hari Senin, Rabu sudah selesai. Jika dikerjakan hari Jumat, selesai hari Selasa.” (nid)