Penelitian menunjukkan obat antivirus Avigan bisa untuk melawan infeksi ringan COVID-19. Tetapi di satu sisi ilmuwan mengingatkan obat ini berisiko menyebabkan cacat lahir jika diberikan pada wanita hamil.
Pada 7 April 2020 lalu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mendorong pemakaian antivirus Avigan untuk melawan virus corona. “Avigan sudah diberikan pada lebih dari 120 kasus dan kami menerima laporan bila ia efektif mengurangi gejala virus corona,” kata Abe kala itu di depan media.
Obat ini dikembangkan oleh perusahaan asal Jepang Fujifilm Holding Corp. Studi klinis yang dilakukan di China pada Maret 2020 lalu memperlihatkan bila Avigan efektif untuk pasien COVID-19, terutama dengan gejala ringan.
Dilansir dari japantimes.co.jp, para ilmuwan juga mengingatkan, obat yang juga disebut sebagai favipiravir ini memiliki efek samping berisiko menyebabkan cacat lahir. Tidak boleh diberikan untuk ibu hamil atau wanita yang merencanakan kehamilan. Pertimbangan yang cermat juga harus dilakukan bila akan diberikan pada pria karena bisa terdistribusi bersama cairan sperma.
Dengan kemampuan Avigan menghambat replikasi sel virus, para ilmuwan meyakini bila obat ini paling bermanfaat pada mereka yang baru saja terinfeksi virus corona, atau mereka dengan infeksi ringan. Tetapi, mungkin tidak efektif bagi mereka dengan virus yang telah berkembang secara luas, atau mengalami gejala parah.
Perlu diketahui, favipiravir (nama generik Avigan) ini adalah salah satu obat yang digadang-gadang menjadi kandidat untuk virus corona selain remdisivir yang awalnya dikembangkan untuk virus Ebola. Atau, Ciclesonide (obat asma) dan Nafamostat (untuk pankreatitis akut).
Mengenai remdesivir, studi pendahuluan yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada 10 April 2020 memperlihatkan efektivitasnya pada sekitar 70% pasien COVID-19 dengan gejala parah.
“Tidak seperti Avigan, obat itu menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi terhadap virus corona baru di antara kandidat-kandidat obat lain,” terang Daisuke Tamura, profesor di Jichi Medical University, Jepang.
Dengan memberikan kesan bila Avigan bisa dipakai oleh semua orang, ini bisa menyebabkan kebingungan. “Kita memang dalam keadaan darurat, tetapi keputusan untuk menggunakan obat ini harus dilakukan dengan hati-hati, dengan memberikan penjelasan menyeluruh mengenai efek sampingnya,” katanya.
Pemerintah Jepang dikabarkan bersedia mensuplai Avigan secara gratis kepada negara yang tertarik. Dan Perdana Menteri Abe mangatakan, setidaknya ada 30 negara yang sudah meminta untuk disediakan.
Obat flu
Avigan sejatinya dibuat sebagai antivirus influenza. Bekerja secara selektif menghambat enzim polimerase RNA virus yang diperlukan untuk replikasi virus influenza; membuat virus tidak dapat menggandakan diri dan menyebar.
Obat ini sudah disetujui pembuatan dan penjualannya di Jepang sejak 2014. Karena adanya risiko risiko menyebabkan cacat lahir, pemakaian Avigan diawasi secara ketat.
Di masa pandemi ini, Fujifilm memulai studi klinisnya pada pasien COVID-19 di Jepang sejak Maret, yang hasilnya diharapkan akan keluar pada Juni 2020. Uji coba juga dilakukan di Amerika Serikat dan Israel. (jie)