Bahaya Diet Tanpa Lemak, bisa Memicu Batu Empedu

Bahaya Diet Tanpa Lemak, bisa Memicu Batu Empedu

Lemak sering dianggap musuh bagi yang ingin menurunkan berat badan (BB). Tak ayal cukup banyak yang menjalankan diet tanpa lemak, atau sangat sedikit lemak. Ternyata, hal ini tidak tepat. “Diet harus memenuhi semua komponen zat gizi, tidak boleh ada yang hilang,” ungkap dr. Feni Nugraha, MARS, M.Gizi, Sp.GK dari PDGKI (Persatuan Dokter Gizi Klinis Indonesia) Jaya.

Lemak merupakan satu dari tiga makronutrisi yang dibutuhkan tubuh, selain karbohidrat dan protein. Maka jelas, tubuh kita membutuhkan lemak. Lemak penting untuk penyerapan vitamin A, D, dan E, serta merupakan sumber energi dan asam lemak esensial. Lemak dan kolesterol juga sangat dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hormon seks (estrogen, progesteron, testosteron). Maka bila kita menghilangkan lemak dari menu makanan sehari-hari, tubuh pun akan kekurangan hormon-hormon tersebut.

Tak hanya itu, diet tanpa lemak ternyata juga bisa memicu batu empedu. “Banyak yang akhirnya sampai harus dioperasi untuk mengangkat batu empedu,” ungkap dr. Feni, dalam Instagram Live Good Doctor #GoodTalk bersama PDGKI, Minggu (14/3/2021).

Bahaya diet tanpa lemak dan batu empedu

Untuk bisa dicerna oleh enzim lipase, terlebih dahulu lemak perlu ‘dibungkus’ dulu dengan zat yang disebut micelle, di duodenum (usus 12 jari). “Saat lemak masuk ke duodenum, kantong empedu akan memompa cairan empedu ke usus, karena lemak harus bercampur dulu dengan empedu untuk bisa diserap tubuh. Cairan empedu akan bercampur dengan lemak, dan membentuk micelle,” terang Dr. dr Samuel Oetoro, MS., Sp.GK(K) dalam kesempatan yang sama.

Empedu diproduksi terus menerus oleh hati (lever), lalu disimpan dalam kantong empedu. Ketika ada asam lemak atau asam amino masuk ke saluran cerna, sel-sel usus halus bagian atas pun mengeluarkan hormon pencernaan cholecystokinin (CCK). Inilah yang akan merangsang kantong empedu untuk berkontraksi dan mengeluarkan simpanan empedu. “Kalau asupan lemak sangat sedikit atau tidak ada, maka tidak ada rangsangan bagi kantong empedu untuk memompa cairan empedu keluar. Akibatnya empedu tersimpan saja di dalam kantong, mengendap, dan lama-lama terbentuklah batu empedu,” papar Dr. dr. Sam.

Akhir-akhir ini tren artis yang menjalani diet ekstrim. Saat menjalani diet ekstrim, biasanya asupan lemak sangat sedikit atau tidak ada, karena memang kalori dari lemak sangat tinggi (9 kkal/1 gr lemak). Tak heran, BB bisa turun sangat cepat dalam waktu singkat. Makin sedikit kalori yang masuk ke tubuh, tentu penurunan BB pun makin banyak.

Dan ternyata, hal ini tidaklah baik untuk tubuh. “Penurunan BB lebih dari 1,5 kg per minggu tidak disarankan. Risiko terjadinya batu empedu sangat tinggi,” ujar dr. Feni. Menurutnya, penurunan BB yang baik adalah 0,5 – 1 kg per minggu, “Ini tidak akan mengganggu metabolisme tubuh.”

Jangan musuhi lemak

Betul bahwa lemak perlu dibatasi, tapi jangan semuanya dihindari. “Lemak tetap harus dimakan,” tegas Dr. dr. Sam. Ingat, bahaya diet tanpa lemak bukan main-main.

Jangan salah, ada lemak yang sehat. Yaitu lemak tak jenuh (ganda dan tunggal); ini wajib dikonsumsi. Lemak tak jenuh atau saturated fat misalnya yang berasal dari daging dan kelapa, boleh dikonsumsi dalam jumlah sedikit.

Yang perlu dihindari adalah lemak tidak alami seperti lemak trans (trans fat) artifisial. Lemak trans artifisial tercipta dari penambahan hidrogen ke dalam lemak tak jenuh ganda, dan banyak digunakan dalam junk food seperti aneka biskuit, busger, cake, dan lain-lain.

Dr. dr. Sam menegaskan, “Kalau sedang berdiet, makanlah ikan. Kalau ikannya mengandung minyak misalnya ikan laut, itu adalah lemak sehat, omega-3.” Omega-3 merupakan asam lemak esensial, dan termasuk ke asam lemak tak jenuh ganda. Jangan ragu pula untuk makan kacang-kacangan, yang kaya akan asam lemak tak jenuh. “Juga alpukat dan minyak zaitun, yang mengandung omega-9,” imbuhnya. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Food photo created by jcomp - www.freepik.com