Hampir semua orang pernah mengalami masalah gigi dan mulut, mulai dari sebatas gigi ngilu, karies, sampai gigi sensitif. Masalah gigi bisa dipicu oleh cara sikat gigi yang salah.
Data dari Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI 2013 menyatakan prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9%. Masalah gigi dan mulut menjadi penyakit tertinggi ke 6 yang diderita masyarakat Indonesia, dan peringkat ke 4 penyakit dengan biaya perawatan termahal. Karies atau gigi berlubang dialami olah 53,2% penduduk, dan 43% mengeluhkan gigi sensitif.
Menurut drg. Udijanto Tedjosasongko, Sp.KGA(K), PhD, dari Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI), karies gigi disebabkan oleh penumpukan sisa makanan (plak) yang difermentasi bakteri sehingga meningkatkan keasaman (pH) mulut.
Terjadi proses demineralisasi, enamel (email) gigi tergerus dan mulai timbul masalah gigi berlubang. “Karies mulai banyak dijumpai pada anak usia 3 tahun,” ujarnya.
Ia menambahkan kebiasaan cara sikat gigi yang salah akan memperburuk keadaan, menyebabkan abrasi gigi. Gigi disikat terlalu kuat dengan gerakan maju mundur.
Biasanya abrasi terjadi pada ‘leher’ gigi atau bagian yang mepet gusi. “Tandanya khas, yakni timbul seperti tatahan garis lurus. Lama-kelamaan semakin dalam dan menyebabkan gigi sensitif,” ujar dr. Udi.
Membersihkan gigi dengan benar dan tepat penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dimulai dengan sikat gigi minimal dua kali sehari (setelah sarapan dan sebelum tidur), serta rutin periksa gigi 6 bulan sekali.
Sementara itu drg. Sindy C. Nelwan, Sp.KGA (K), dari IDGAI Jatim menjelaskan bagaimana cara sikat gigi yang benar. Yakni dengan gerakan naik turun, mulut sedikit terbuka.
Untuk gigi atas depan dimulai dari ujung gigi geraham kiri ke arah kanan (atau sebaliknya). Bulu sikat disapukan dari atas ke bawah. Cara yang sama belaku untuk gigi bagian dalam.
Pada deretan gigi bawah, baik bagian muka atau dalam, disapukan dari bawah ke atas. Gerakan maju mundur bisa diaplikasikan pada mahkota gigi (bagian gigi yang saling bergesekkan).
Fluoride topical
Salah satu metode ringkas pencegahan karies dan gigi sensitif adalah dengan melapisi gigi dengan flouride topical setiap enam bulan sekali di dokter gigi. Penambahan mineral fluoride dapat mengembalikan mineral gigi yang hilang akibat asam yang diproduksi bakteri gigi dalam plak.
“Penutupan dengan fluoride topical akan menurunkan ambang sensitifitas gigi. Pori-pori gigi (tubulus dentin) yang terbuka akibat demineralisasi enamel akan tertutup lagi. Aplikasi ini bahkan bisa diberikan pada anak < 5 tahun,” tambah drg. Udi.
The American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) menyatakan aplikasi flouride topical akan memproduksi lapisan seperti kalsium flourida sementara pada permukaan enamel gigi. Kondisi ini memicu penurunan pH dan memungkinkan terjadinya remineralisasi enamel.
Aplikasi ini membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk menutup sempurna tubulus dentin. Anak-anak tetap diperbolehkan makan/minum biasa, selama bukan makanan lengket, seperti ketan atau cokelat. (jie)