Berbentuk bulat seperti bola voli warna hijau berbintik-bintik lunak. Warna daging buahnya kekuningan, manis gurih, biasa digoreng, direbus atau dibakar. Sukun yang banyak tumbuh di daerah tropis (Pasifik dan Asia Tenggara) adalah sumber karbohidrat, dan bermanfaat sebagai pelindung ginjal dan jantung.
Pohon sukun (Artocarpus altilis) bisa setinggi 30 meter. Di pulau-pulau Pasifik buah sukun biasa dipendam dalam tanah dan dibiarkan selama beberapa minggu sampai terjadi fermentasi. Bentuknya jadi mirip pasta keju dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Secara tradisional di daerah Polinesia, pohon sukun biasa ditanam bersamaan dengan kelahiran seorang bayi; buah sukun dipercaya mampu memberi makan anak sampai dewasa.
Buah sukun memiliki berat 400 – 1200 gram dan varietas unggul ada yang beratnya sampai 5 kg. Per 100 gram mengandung energi 470 – 670 kJ. Daging buah yang telah dikeringkan mengandung pati sampai 75%, 31% gula, 5% protein dan sekitar 2% lemak.
Sukun yang dalam bahasa Inggris disebut breadfruit karena daging buahnya mirip roti, di negara barat seri g diubah menjadi tepung sebagai bahan membuat pancake. Buah ini kaya vitamin, mineral dan sumber karbohidrat yang bebas gluten. Protein di dalamnya mengandung lebih banyak asam amino dibanding jagung, gandum, beras, kedelai atau kentang.
Tubuh kita membutuhkan asam amino untuk membentuk sel-selnya. Menurut studi Liu Y, Ragone D, dkk., dari the University of British Columbia, sukun mengandung asam amino esensial terutama phenylalanine, leucine, isoleucine dan valine.
Diane Ragone dari Hawaii’s National Tropical Botanical Garden (NTBG) mempelajari tanaman ini sejak 1980-an. Ia meneliti ratusan varietas dari 34 negara. Bersama koleganya dari Northwetern University in Chicago, ia melacak DNA asli tanaman ini. Disimpulkan, tanaman ini berasal dari Papua dan New Guinea.
Semua bagian pohon sukun yang dapat dimakan memiliki kadar antioksidan tinggi. Sebuah penelitian tahun 2016 fokus pada aktivitas antioksidan sukun melawan cadmium, yakni mineral bersifat racun yang yang bisa mengganggu kerja hormon. Riset ini meneliti efek cadmium pada perubahan jumlah dan aktivitas sperma. Ditemukan, ekstrak sukun dapat meningkatkan jumlah sperma, kecepatan geraknya dan tingkat hormon.
Menyehatkan jantung
Salah satu efek antioksidan dalam buah sukun adalah mencegah aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah koroner. Pada riset tahun 2006, sukun diketahui memiliki efek cytoprotective atau kemampuan melindungi kerusakan sel dari agen-agen berbahaya. Percobaan dilakukan pada sel manusia yang diinkubasi dengan LDL teroksidasi (oxidized LDL). LDL (low-density lipoprotein) atau kolesterol ‘jahat’ adalah biang penumpukan plak di pembuluh darah jantung, penyebab aterosklerosis.
Manfaat lain didapatkan dari kandungan seratnya. Sukun mengandung lebih dari ½ rekomendasi serat harian (10,8 g) per 220 gram. Makanan tinggi serat mampu menurunkan tekanan darah, sebagai faktor risiko serangan jantung. Sukun juga tinggi potasium (kalium). Sebuah penelitian mengungkapkan, konsumsi 4.069 mg potasium /hari dapat menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik atau koroner hingga 40%.
Hipokalemia, yakni kekurangan kalium dalam tubuh, diduga berperan atas kematian akibat aritmia jantung pada penderita yang memiliki masalah jantung. Aritmia adalah detak jantung yang tidak beraturan, sehingga kemampuan memompa darah ke seluruh tubuh lemah.
Nutrisi untuk ginjal
Manfaat sukun bukan hanya pada buahnya, tapi juga daunnya. Daun sukun mengandung senyawa kimia alami berupa acetylcholine, tannin, riboflavin dan asam hidrocianin. Senyawa-senyawa kimia ini bersifat antioksidan antiinflamasi.
Sejumlah riset menemukan bahwa ekstrak daun sukun mampu melindungi ginjal dan mengurangi kerusakan ginjal, dengan menghambat aktivitas radikal bebas. Sebuah studi yang dilakukan oleh Muhamad Risdan Hardani, dkk., menyebutkan manfaat daun sukun pada tikus yang menderita gagal ginjal.
Studi dilakukan tergadap 30 tikus wistar jantan dengan berat antara 150-250 gram. Tikus dikelompokkan menjadi lima. Kelompok pertama sebagai kelompok kontrol dan kelompok kedua adalah grup positif. Sebagai pembanding, kelompok 3 mendapat satu takaran dosis, kelompok 4 setengah dosis dan kelompok 5 serbanyak 2x dosis takar.
Tikus kelompok 2-5 disuntik Gentamicine (antibiotik) dan Piroxicam (obat anti-inflamasi non steroid) selama tujuh hari. Pemberian kedua obat tersebut secara terus-menerus terbukti dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Kemudian kelompok 3-5 diinjeksikan ekstrak daun sukun dalam dosis yang berlainan, juga selama tujuh hari. Kadar kreatinin (limbah kimia dalam darah) dites pada hari ke 15. Studi ini dilakukan di Universitas Padjajaran, Bandung dari Oktober – November 2012.
Hasilnya, rerata kadar kreatinin dalam darah pada kelompok 1-5, yakni : 0,62, 0,87, 0,83, 0,96 dan 0,89 mg/dl. Dalam studi yang diterbitkan di Althea Medical Journal 2015 ini menjabarkan kadar kreatinin tikus kelompok positif (kelompok 2) sebesar 0,87 mg/dl, lebih tinggi dibanding kelompok 3 (setelah mendapat 1 takaran dosis) yakni 0,83 mg/dl. Disimpulkan, walau tidak secara siginifikan, ekstrak daun sukun berpengaruh terhadap turunnya kreatinin dalam darah.
Sementara itu, menurut dr. Paul Haider, herbalis dari Amerika Serikat, daun sukun dapat direbus dan diminum seperti teh. Caranya, pertama-tama ambil 2 lembar daun sukun yang sudah berwarna kuning namun masih menempel di dahan (jangan gunakan daun yang sudah jatuh). Gunting menjadi potongan-potongan kecil, keringkan.
Gunakan panci stainless steel, bukan aluminium karena daun sukun akan bereaksi dengan aluminium. Hasil rebusan akan lebih baik jika menggunakan panci non logam, misalnya keramik, tanah liat atau kaca.
Kemudian rebus potongan daun sukun dalam dua liter air sampai berkurang menjadi setengahnya. Tambahkan air sampai air kembali ke ukuran semula (2 liter), biarkan mendidih, kemudian angkat panci. Air rebusan akan berwarna merah.
“Teh” daun sukun dapat diminum saat sudah dingin, tambahkan madu sehingga enak diminum. “Cukup minum satu cangkir sehari untuk menjaga kesehatan ginjal,” papar Paul. (jie)