Di akhir Maret 2022, FDA memberikan izin pemberian booster kedua atau vaksinasi COVID-19 dosis keempat pada populasi rentan di AS.
Mereka yang berusia 50 tahun lebih atau individu dengan gangguan imunitas tertentu, yang berisiko tinggi mengalami sakit berat, rawat inap bahkan meninggal memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis keempat, dalam empat bulan setelah booster pertama.
Di Israel, mereka dalam kategori serupa sudah mendapatkan vaksinasi dosis keempat pada Januari 2022. Pemerintah Inggris baru-baru ini mulai memberikan booster kedua untuk orang berusia 75 tahun ke atas. Sementara di Jerman, diberikan pada penduduk berusia 60 tahun ke atas.
Katelyn Jetelina, asisten profesor epidemiologi di University of Texas Health Science Center School of Public Health berpendapat, setelah mereviu berbagai penelitian tentang bagaimana sistem imun berubah seiring waktu, jelas bila pemberian dosis keempat untuk kelompok rentan memiliki manfaat berarti dengan risiko minimal.
Efektivitas vaksin booster pertama
Bukti sudah sangat jelas bila vaksinasi dosis ketiga, atau booster pertama, sangat penting untuk mempertahankan respons imun yang kuat terhadap varian Omicron pada sebagian kelompok umur.
“Ini sebagian karena respons kekebalan berkurang dari waktu ke waktu. Sebagian lagi karena Omicron terbukti bisa menghindari dari vaksin COVID-19 yang ada dan dari infeksi sebelumnya,” tulis Jetelina, melansir The Conversation.
Efektivitas vaksin terhadap risiko rawat inap sedikit menurun, tetapi sebagian besar bertahan hingga lima bulan pasca-booster.
Ilmuwan tahu bahwa orang dewasa yang lebih tua tidak memiliki respons imun yang bertahan lama seperti mereka yang lebih muda. “Ini menjelaskan kenapa infeksi terjadi lebih banyak di antara orang-orang berusia 65 tahun ke atas,” kata Jetelina.
Sebuah penelitian di jurnal Lancet mengukur bahwa daya tahan vaksin dosis ketiga di antara orang berusia 76 – 96 tahun. Didapatkan dosis ketiga meningkatkan antibodi penetral COVID-19, tetapi dihadapan Omicron, antibodi masih turun secara substansial setelah booster.
Data pada vaksinasi dosis keempat
Setelah Israel melakukan vaksinasi COVID-19 dosis keempat selama beberapa bulan, para ahli memiliki beberapa data yang bisa dijadikan patokan efektivitas booster kedua. Hingga saat ini sudah ada tiga penelitian yang diterbitkan, namun belum diulas oleh peneliti lain.
Pada riset pertama yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, ilmuwan menilai rerata kejadian infeksi dan derajat keparahan penyakit pasca dosis keempat, di antara lebih dari 1 juta orang berusia >60 tahun di Israel.
Mereka mendapati setelah vaksinasi dosis keempat, rata-rata infeksi COVID-19 dua kali lebih rendah, dibandingkan setelah dosis ketiga. Tetapi, efek perlindungan ini dengan cepat berkurang setelah 6 bulan.
Mereka juga menemukan keparahan penyakit empat kali lebih rendah, daripada mereka yang hanya mendapatkan tiga dosis. Namun, kejadian rawat inap di antara kedua kelompok sangat rendah.
Yang penting, penelitian lain – juga di New England Journal of Medicine - menilai efektivitas dosis keempat di antara nakes yang lebih muda di Israel. Hasilnya menegaskan bahwa tingkat antibodi turun secara signifikan dalam lima bulan setelah dosis ketiga.
“Sayangnya efektivitas dosis keempat tidak berbeda dengan dosis ketiga pada populasi nakes muda ini. Dengan kata lain, mungkin tidak ada manfaat yang berarti dari booster kedua untuk populasi muda yang sehat,” Jatelina menambahkan.
Riset ketiga oleh Ronen Arbel, dkk, dilakukan pada 563.465 orang berusia 60 – 100 tahun (58 persennya menerima booster kedua). Di antara penerima vaksinasi COVID-19 dosis keempat 92 orang meninggal dunia, dibandingkan 232 orang yang hanya mendapatkan booster pertama.
Dengan kata lain, vaksinasi dosis keempat setara dengan pengurangan 78% kematian, dibandingkan dengan booster pertama saja. (jie)