Vitamin B, namanya tidak sepopuler ‘saudara-saudaranya’ vitamin C atau vitamin A. Vitamin ini hanya dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil –mungkin ini yang membuatnya semakin tidak terkenal-, tetapi sangat penting agar tubuh berfungsi optimal. Di pasaran banyak dijual suplemen vitamin B (khususnya B12), tetapi perlukah kita konsumsi teratur?
Vitamin B12 atau kobalamin penting untuk menjaga kesehatan otak dan sistem saraf. Juga memainkan peran dalam pembuatan sel darah merah serta DNA. Ia membantu menurunkan kadar homosistein, suatu asam amino yang dihubungkan dengan terjadinya demensia (kepikunan), penyakit jantung, stroke, bahkan osteoporosis.
Dalam bentuk alami, vitamin B12 banyak terkandung dalam daging merah, hati, kerang, daging unggas, ikan, sereal yang difortifikasi, telur, keju, yogurt, atau susu yang difortifikasi (susu sapi, kedelai atau susu almond).
Asam lambung akan membantu memisahkan vitamin B12 dari bahan-bahan alami tersebut agar bisa dicerna tubuh. Kemudian vitamin yang sudah bebas tersebut berikatan dengan protein (yang diproduksi oleh sel-sel lapisan usus) dan ‘berjalan’ ke usus halus, di mana ia akan diserap ke dalam aliran darah.
Defisiensi B12
Diperkirakan 3,2% orang berusia > 50 tahun memiliki kadar vitamin B12 yang sangat rendah, dan hingga 20% orang dalam satu populasi berada di garis batas (borderline) defisiensi vitamin B12.
Penuaan sering kali menjadi sebabnya. “Kita cenderung memroduksi lebih sedikit asam lambung seiring bertambahnya usia. Ini membuat lebih sulit untuk mengekstrak vitamin B12 dari makanan,” kata Dr. Meir Stampfer, profesor epidemiolgi dan nutrisi di Harvard T.H. Chan School of Public Health.
Penyebab lain defisiensi B12 antara lain konsumsi obat-obatan yang menekan produksi asam lambung (obat maag atau GERD), diet vegetarian, bedah untuk mengurangi berat badan, dan penyakit autoimun yang menyerang saluran pencernaan.
Bagaimana kita mengetahui bila mengalami defisiensi vitamin B12? “Tanda-tanda awal defesiensi ada, tetapi sangat tidak sulit dikenali,”kata Dr. Stampfer. Misalnya, Anda dapat merasakan kelemahan otot yang mungkin disebabkan oleh hal lain.
Gejala lain defesiensi vitamin B12 termasuk gangguan keseimbangan, depresi, kelelahan ekstrim atau kelemahan otot, gangguan mengingat atau kebingungan, kebas atau kesemutan tanpa sebab di tangan / kaki (akibat kerusakan saraf tepi/neuropati), serta anemia.
Kapan harus periksa dokter?
Memeriksa kadar vitamin B12 dalam darah tidak harus rutin, tetapi disarankan pada mereka yang lanjut usia. “Saya biasa menyarankan pasien untuk periksa mulai usia 65 tahun. Setelah itu periksa tiap tiga atau empat tahun,” kata Dr. Suzanne Salamon, kepala bagian gerontologi di Beth Israel Deaconess Medical Center, AS.
Tes darah akan mencari tanda-tanda anemia, kadar vitamin B12 yang rendah, kadar homosistein dan asam methylmolonic (MMA) yang tinggi. “MMA adalah indikator defisiensi terbaik,” terang dr. Stampfer.
Bilamana suplemen diperlukan?
Pengobatan defisiensi vitamin B12 bisa dengan mengonsumsi lebih banyak makanan yang tinggi B12 atau menghindari obat-obatan yang menekan produksi asam lambung.
Atau dengan mengonsumsi suplemen vitamin B12. “Saya merekomendasikan suplemen vitamin B12 1000 mikrogram per hari jika kadar B12 Anda di batas rendah, atau bila MMA di ambang batas tinggi. Setelah vitamin B12 kembali normal, dosis bisa dikurangi,” tambah Dr. Salamon.
Jika Anda mengonsumsi suplemen vitamin B12, Dr. Stampfer merekomendasikan untuk memilih vitamin B12 dalam bentuk alami (metilkobalamin), bukan bentuk sintetisnya (sianokobalamin). “Riset menyarankan bila sianokobalamin bisa mengurangi fungsi ginjal pada mereka dengan gangguan ginjal,” tambahnya.
Bagaimana jika mengalami pengurangan produksi asam lambung? “Dalam bentuk suplemen, vitamin B12 tidak terikat dengan makanan, sehingga tidak diperlukan asam lambung untuk mengekstraknya,” terang Dr. Stampfer.
Lantas apakah suplementasi tetap dibutuhkan bila tidak mengalami defisiensi? “Ya, jika Anda tidak mengonsumsi produk hewani,” kata Dr. Stampfer. “Ini juga ide baik untuk lansia. Defisiensi vitamin B12 bisa dicegah dengan biaya yang murah lewat suplementasi dengan dosis 2,8 mikrogram vitamin B12 tiap hari.” (jie)