Bruce Willis dikabarkan bila ia mundur dari dunia film karena kondisi medis yang dialaminya: aphasia (afasia). Penyakit ini mempengaruhi kemampuan berkomunikasi seseorang, baik secara verbal atau tulisan.
Keluarga Bruce Willis mengatakan di media sosial bahwa aktor berusia 67 tahun ini mengalami masalah “kognitif” karena diagnosisnya baru-baru ini. Gangguan tersebut berasal dari kerusakan bagian otak yang mengatur fungsi bahasa, biasanya otak sisi kiri.
Pihak keluarga tidak memberikan keterangan lebih lanjut soal penyebab Bruce Willis menderita aphasia, atau terapi apa yang sedang dijalaninya.
"Kepada pendukung Bruce yang luar biasa, sebagai sebuah keluarga, kami ingin berbagi bahwa Bruce tercinta kami telah mengalami beberapa masalah kesehatan dan baru-baru ini didiagnosis menderita aphasia, yang memengaruhi kemampuan kognitifnya," kata mantan istrinya Demi Moore di sebuah pernyataan di Instagram. "Sebagai hasil dari ini dan dengan banyak pertimbangan, Bruce menjauh dari karier yang sangat berarti baginya."
Menurut John Hopkins Medicine, kondisi aphasia ini biasanya disebabkan oleh stroke, cedera kepala, tumor otak, infeksi otak atau demensia.
National Institute of Health menulis bila aphasia disebabkan oleh kerusakan pada satu atau lebih area otak yang berhubungan dengan bahasa.
Gejalanya melibatkan kesulitan berbicara dan pemahaman. Kondisi ini bisa muncul setelah terjadi cedera kepala, atau stroke yang memotong aliran darah ke area otak yang mengatur fungsi bahasa.
Atau muncul secara bertahap, misalnya bersamaan dengan pertumbuhan tumor otak, penyakit saraf atau infeksi.
Menurut Mayo Clinic, aphasia muncul dalam bentuk kesulitan berkomunikasi. Penderita mungkin sulit untuk menemukan kata yang tepat, mengganti kata yang salah atau berbicara dengan kalimat pendek yang membuatnya sulit dipahami.
Terbagi menjadi dua
Ada dua kategori besar aphasia: lancar (fluent) dan tidak lancar (non-fluent). Dalam kategori-kategori ini terdapat kelompok-kelompok yang berbeda, dibedakan berdasarkan area otak yang rusak dan gejalanya.
Menurut Johns Hopkins Medicine, jenis afasia tidak lancar yang paling umum disebut afasia Broca, yang terjadi ketika bagian lobus frontal, biasanya di otak sisi kiri, rusak. Gejalanya seperti penderita menghilangkan kata-kata tertentu dari kalimat mereka, dan berbicara dalam kalimat pendek. Tetapi penderita masih bisa memahami perkataan orang lain.
Namun, karena afasia Broca berasal dari kerusakan pada bagian depan otak, hal itu dapat berdampak pada gerakan. Menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada sisi kanan tubuh.
Lainnya adalah aphasia Wernicke, merupakan jenis aphasia lancar paling umum. Penderita mengalami kerusakan di area Wernicke, bagian otak yang dominan mengatur fungsi bahasa.
Alih-alih menghilangkan kata dan berbicara dengan kalimat pendek, penderita aphasia Wernicke mengucapkan kalimat yang panjang dan membingungkan, menambahkan kata-kata yang tidak perlu dan dibuat-buat.
Penderita aphasia jenis ini juga cenderung memiliki masalah dalam memahami apa yang dikatakan orang lain.
Sementara pada yang disebut afasia global terjadi ketika sebagian besar bagian otak yang dominan bahasa mengalami kerusakan. Aphasia global dapat menyebabkan kesulitan berbicara atau memahami bahasa yang parah.
Aphasia bisa disembuhkan?
Beberapa kasus aphasia dapat diobati dan diperbaiki kondisinya, jika penyebab diketahui lebih cepat. Misalnya, seorang penderita stroke yang mengalami afasia mungkin bisa dikembalikan kemampuan bicaranya.
Sayangnya National Aphasia Association di Amerika menyebutkan bila pemulihan total tidak memungkinkan terjadi, jika gejala tetap terjadi pada dua atau tiga bulan setelah stroke.
Menurut Adam Boxer, profesor neurologi di Universitas of California, AS, beberapa penderita dapat terus memperbaiki kemampuan bahasanya bahkan setelah terdiagnosa bertahun-tahun. (jie)