4 Orang Meninggal karena Digigit Anjing Rabies di Bima – Ini Pertolongan Pertama bila Digigit Anjing
orang_meninggal_karena_digigit_anjing

4 Orang Meninggal karena Digigit Anjing Rabies di Bima – Ini Pertolongan Pertama bila Digigit Anjing

Kasus kematian akibat rabies, masih terjadi di Indonesia. Terbaru, ada laporan 4 orang meninggal karena digigit anjing rabies di Bima. Berdasarkan catatan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan), sebanyak 194 orang digigit oleh anjing yang diduga rabies di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), sepanjang Januari hingga Oktober 2022. Termasuk di antaranya, 4 orang yang meninggal tadi. Pertolongan pertama bila digigit anjing, menjadi tindakan penting.

Menurut Kepala Kepala Bidan Kesehatan Hewan Disnakeswan Bima, Abdul Manan, diduga korban meninggal lantaran terlambat dibawa ke Puskesmas, untuk disuntik vaksin dan serum antirabies. "Terkadang masyarakat kecil ini kalau digigit tidak segera ke puskesmas. Mereka beli obat sendiri, tapi karena ada virus rabies di dalamnya enggak bisa sembuh. Harus divaksin,” ujarnya.

Keterlambatan penanganan memang merupakan salah satu penyebab terjadinya kefatalan dalam infeksi rabies. Juga kerap terjadi, terlambat ke fasilitas kesehatan (faskes) karena jarak dari rumah ke faskes sangat jauh. Tentu, hal ini sangat disayangkan.

Meninggal karena Digigit Anjing Rabies, HPR Utama

Anjing merupakan hewan pembawa rabies (HPR) yang utama. “Sebanyak 98% kasus rabies di Indonesia ditularkan oleh anjing, dan hanya 2% oleh kucing dan kera,” ungkap Prof. Dr. drh. Suwarno, M.Si. - Guru Besar Bidang Ilmu Virologi & Imunologi 
FKH Universitas Airlangga, dalam sebuah kesempatan.

Lalu lintas HPR di Indonesia masih tinggi. “Jangkauan anjing yang jadi gila karena rabies, bisa menulari sampai radius 40 km,” terang Prof. Suwarno. Terlebih, konsumsi daging anjing di Indonesia masih terbilang tinggi. Ini membuat lalu lintas HPR makin tinggi lagi. “Pada anjing yang dipotong, pernah diidentifikasi bahwa otaknya positif virus rabies,” imbuhnya.

Belum ada data, berapa banyak populasi HPR di Indonesia. Sejauh ini, reservoir rabies di Indonesia hanya 3: anjing (98%), sisanya kucing dan kera. “Anjing jadi reservoir utama. Kucing dan kera tidak besar karena kadang hewan itu mati sebelum sempat menggigit manusia,” jelas Prof. Suwarno.

Apakah hewan lain bisa terkena rabies? Bisa. Ini terjadi pada kasus rural rabies. “Pada rural rabies, hewan ternak bisa terkena. Tapi biasanya mereka jadi inang terakhir, dan tidak bisa menularkan ke hewan lain. Di Indonesia, fokusnya urban rabies,” papar Prof. Suwarno. Ia menambahkan, yang jadi masalah besar yaitu anjing tak berpemilik, atau berpemilik tapi dilepasliarkan. “Inilah sumber utama urban rabies,” tandasnya.

Pertolongan Pertama bila Digigit Anjing

Kasus orang meninggal karena digigit anjing rabies di Bima mengingatkan kita, masih ada PR besar agar target nol kematian akibat rabies yang dimediasi anjing pada 2030, bisa tercapai. Jarak faskes yang jauh dari rumah di pedesaan terpencil, masih menjadi kendala yang cukup besar.

Sebenarnya, ada hal yang sangat penting untuk dilakukan sebelum berangkat ke faskes. Lakukan hal berikut ini sebagai pertolongan pertama bila digigit anjing, khususnya anjing liar.

1. Cuci luka dengan sabun

“Cuci luka adalah prinsip pertama mencegah kefatalan rabies,” tegas dr. Asep Purnama, MD, Internist, FINASIM – Komite Rabies Flores Lembata. Ia menjelaskan, virus rabies memiliki selubung lemak. “Dengan mencuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 10-15 menit, virus pun mati,” imbuhnya. Dengan demikian, kita meminimalkan jumlah virus yang masuk ke aliran darah untuk menuju otak.

Golden period untuk cuci luka dengan sabun adalah 12 jam. “Karena itu jangna menunggu. Bila tinggal jauh dari faskes, segera cuci dulu luka. Jangan tunggu besok lusa karena menunggu kendaraan ke Puskesmas, dan terlambat cuci luka,” tandas dr. Asep. Namun sekalipun terlambat, tetap lebih baik cuci luka daripada tidak.

2. Hindari tindakan invasif pada luka

Ketika mencuci luka, lakukanlah dengan lembut. Luka jangan digosok dengan keras, apalagi disikat. “Hindari tindakan invasif seperti itu, karena malah akan mempercepat penyebaran virus,” terang dr. Asep.

3. Keringkan luka

Setelah luka selesai dicuci, selanjutnya keringkan luka. Ingat, pelan saja dan jangan digosok. Tepuk-tepuk luka dengan pelan menggunakan handuk yang kering dan lembut.

4. Bubuhi luka dengan antiseptik

Selanjutnya, bubuhi antiseptik pada luka. Misalnya larutan povidone iodine, atau antiseptik yang mengandung polyhexanide/PHMB.

5. Luka jangan dijahit

Ketika datang ke dokter, jelaskan bahwa luka itu karena digigt anjing, sehinggga dokter bisa mengambil tindakan yang sesuai untuk merawat luka. “Luka gigitan anjing tidak boleh dijahit. Bila sangat diperlukan, dokter bisa melakukan jahitan situasi,” ucap dr. Asep.

Segera ke Faskes Terdekat

Tindakan berikutnya setelah luka dicuci dan diberi antiseptik, segera ker fasilitas kesehatan terdekat, seperti Puskesmas. Di Puskesmas, dokter akan memberi suntikan vaksin antirabies (VAR) dan serum antirabies (SAR). Inilah yang akan menghambat penyebaran virus yang sudah telanjur masuk ke aliran darah, agar tidak sampai ke otak dan saraf tulang belakang.

Namun sebelum itu, ingat tindakan pertama: cuci luka. Pertolongan pertama bila digigit anjing dengan cara mencuci luka, bisa menjadi penyelamat, dan mencegah orang meninggal karena digigit anjing rabies. (nid)

_____________________________________________________

Ilustrasi: Image by wirestock on Freepik