Pemerintah semakin serius menangani masalah Penyakit Tidak Menular, seperti diabetes dan obesitas. Antara lain dengan menetapkan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan tahun depan.
Mengutip data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), dalam kurun waktu 20 tahun (1996-2014) konsumsi masyarakat pada minuman berpemanis meningkat secara signifikan. Yakin, 24 juta liter (1996) menjadi 405 juta liter (2014).
Mengonsumsi makanan/minuman yang mengandung banyak gula tambahan merupakan faktor penyebab kenaikan berat badan dan kondisi kesehatan kronis, seperti diabetes, obesitas, hingga penyakit jantung.
Cara gula tambahan menyebabkan kenaikan berat badan dan meningkatkan lemak tubuh bersifat kompleks dan melibatkan banyak faktor.
1. Tinggi kalori “kosong”
Gula tambahan adalah pemanis yang ditambahkan ke makanan/minuman untuk meningkatkan rasa. Beberapa jenis gula tambahan yang biasa digunakan seperti fruktosa, sirup jagung, gula tebu dan agave.
Jillian Kubala, MS, RD, dietisien di Westhampton, New York (AS), menjelaskan konsumsi gula berlebih akan menyebabkan penambahan berat badan karena ia tinggi kalori tetapi minim nutrisi lain.
“Dua sendok makan (30 ml) sirup jagung mengandung sekitar 120 kalori – hanya dari karbohidrat,” ujarnya, melansir Healthline.
Studi di The New Zealand Medical Journal menjelaskan gula tambahan sering disebut sebagai kalori kosong, karena kalorinya relatif tinggi tetapi tidak mengandung nutrisi seperti vitamin, mineral, protein, lemak atau serat.
Selain itu, makanan dan minuman yang biasanya tinggi gula tambahan, seperti es krim, permen, soda dan kue, cenderung juga mengandung banyak kalori.
“Meskipun penggunaan gula tambahan dalam jumlah sedikit tidak serta merta menaikkan berat badan, mengonsumsi makanan tinggi gula tambahan secara teratur bisa menyebabkan penambahan lemak tubuh secara lebih cepat/drastis,” imbuh Kubala.
2. Mempengaruhi gula darah dan hormon
Sesekali menikmati makanan manis memang tidak membahayakan kesehatan, tetapi konsumsi gula tambahan dalam jumlah besar tiap hari akan menyebabkan kadar gula darah meningkat secara kronis (dikenal sebagai hiperglikemia).
Dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan serius. Salah satu cara hiperglikemia bisa menyebabkan kenaikan berat badan melalui mekanisme resistensi insulin.
Insulin adalah hormon yang akan mengangkut gula dari darah ke dalam sel, tempat gula tersebut disimpan (sebagai lemak) atau digunakan sebagai energi. Resistensi insulin terjadi ketika sel tidak merespons insulin dengan benar, menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan insulin.
Meskipun sel menjadi resisten terhadap efek insulin pada penyerapan gula darah, sel tetap responsif dalam menyimpan lemak. “Yang berarti penyimpanan lemak meningkat. Inilah sebabnya mengapa resistensi insulin dikaitkan dengan peningkatan lemak tubuh,” Kubala menjelaskan.
Selain itu, gula darah tinggi dan resistensi insulin mengganggu leptin, hormon yang berperan dalam pengaturan energi (termasuk pembakaran kalori) dan penyimpanan lemak. Leptin juga mengurangi rasa lapar dan membantu mengurangi asupan makan.
Akhirnya terjadi pula resistensi leptin, yang meningkatkan nafsu makan dan berkontribusi pada penambahan berat badan dan lemak tubuh.
3. Cenderung kurang mengenyangkan
Makanan dan minuman yang mengandung banyak gula tambahan, seperti kue, biskuit, es krim, dan soda, cenderung rendah atau sama sekali tidak mengandung protein, nutrisi yang penting untuk mengendalikan gula darah yang meningkatkan rasa kenyang.
Riset di jurnal Appetite menerangkan, konsumsi makanan kaya karbohidrat – terutama karbohidrat olahan yang mengandung banyak gula tambahan – namun rendah protein bisa berdampak buruk pada rasa kenyang. Menyebabkan penambahan berat badan karena membuat Anda makan lebih banyak.
Makanan tinggi gula tambahan biasanya rendah serat, satu lagi alasan kenapa ia tidak mengenyangkan.
4. Merangsang untuk makan berlebih
Mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan — khususnya fruktosa —secara signifikan akan meningkatkan kadar hormon ghrelin yang memicu rasa lapar, sekaligus menurunkan kadar hormon penekan nafsu makan.
Fruktosa juga mempengaruhi hipotalamus otak, yang bertanggung jawab untuk pengaturan nafsu makan, pembakaran kalori, serta metabolisme karbohidrat.
“Terlebih lagi, tubuh Anda cenderung menginginkan rasa manis. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gula didorong oleh kenikmatan yang diperoleh dari rasa manis dari minuman dan makanan manis,” terang Kubala.
Makanan/minuman manis mengaktifkan bagian tertentu di otak yang bertanggungjawab atas kesenangan dan penghargaan. Ini bisa meningkatkan keinginan terhadap makanan manis.
“Mengganggu hormon, meningkatkan rasa lapar dan menggantikan makanan sehat hanyalah beberapa cara gula tambahan menggemukkan tubuh. Selain meningkatkan lemak tubuh, konsumsi gula tambahan terlalu banyak juga meningkatkan risiko penyakit kronis, seperti obesitas, diabetes dan penyakit jantung,” pungkas Kubala. (jie)