3 Langkah Atas Masalah Kulit saat Pandemi COVID-19

3 Langkah Atas Masalah Kulit saat Pandemi COVID-19

Selama pandemi COVID-19, mau tak mau kita harus sering cuci tangan. Sayangnya, kebiasaan baik ini bisa membuat kulit jadi kering. Ini bukan sekadar masalah estetika, dan sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja. Masalah kulit saat pandemi bukan itu saja.

Kulit adalah organ tubuh yang paling luar. Dia berfungsi sebagai barrier atau sawar (penghalang), dan harus terpelihara kelembapannya agar bisa berfungsi dengan baik. Kulit yang kering membuat kita lebih rentan terhadap infeksi karena dengan berkurangnya kelembapan, kulit jadi lebih mudah pecah-pecah dan ‘retak’. “Ini menciptakan jalan masuk bagi mikroorganisme seperti bakteri, virus, maupun jamur, yang nantinya bisa menimbulkan masalah baru pada kulit,” ungkap Lilik Norawati, Sp.KK, FINSDV, FAADV.

Penggunaan sabun maupun hand sanitizer yang mengandung alkohol juga bisa memicu timbulnya dermatitis (radang kulit atau eksim) berkepanjangan. Akibat dermatitis, muncullah gatal-gatal di kulit tangan, yang tentunya akan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Masalah kulit saat pandemi akibat pemakaian masker

Rutinitas lain selama pandemi ini juga berpotensi menimbulkan masalah pada kulit. Berdasarkan pengalaman dr. Lilik menangani pasien selama pandemi COVID-19, “Masalah kulit saat pandemi ini tidak hanya akibat sering mencuci tangan atau penggunaan hand sanitizer yang berlebihan/terlalu sering, melainkan juga akibat pemakaian masker dalam jangka waktu lama," ujarnya, dalam siaran pers yang diterima OTC Digest.

Pada orang yang memiliki bakat jerawat, pemakaian masker bisa memicu kambuhnya jerawat. Terutama pada daerah yang tertutup masker. Selain itu, masker juga bisa menimbulkan luka akibat tekanan, dan dermatitis kontak.

Ada berbagai faktor yang jadi pencetus timbulnya masalah kulit akibat masker. Saat memakai masker, area sekitar hidung jadi lebih panas dan lembap, karena embusan napas terhambat oleh masker. Apalagi, kita tinggal di daerah tropis, yang cuacanya gerah dan panas. Kondisi ini bisa memicu kekambuhan jerawat, atau memperparah jerawat yang ada.

Tak hanya itu. Tekanan pada bagian hidung bisa menimbulkan luka, tali ikat masker dapat menyebabkan dermatitis kontak, dan bahan kain masker yang menempel ketat dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

Efek jangka panjangnya cukup meresahkan. Bisa timbul bercak-bercak hitam akibat iritasi atau luka, atau jaringan parut akibat jerawat. Tentu, bukan hanya masyarakat umum yang bisa mengalami kondisi ini. Petugas medis di rumah sakit malah berisiko lebih besar lagi. Terlebih mereka yang berhadapan langsung dengan pasien COVID-19, yang memakai APD (Alat Pelindung Diri) dalam jangka waktu yang lama dan sering. 

3 langkah merawat kulit

Pada dasarnya, ada tiga langkah yang harus dilakukan untuk memelihara kesehatan dan kelembapan kulit, agar tidak muncul masalah kulit saat pandemi COVID-19 akibat kebiasaan yang harus kita lakukan. Yakni membersihkan, melembapkan, dan melindungi.

Membersihkan

Mandilah dengan air dan sabun secara rutin dua kali sehari, dan setelah bepergian. Saat memandikan anak, bisa gunakan air suam-suam kuku. Hindari penggunaan air panas karena bisa membuat kulit kering.

Melembapkan dan melindungi

Oleskan pelembap tiap sehabis mandi, terutama pada area tangan dan kaki. Boleh juga menggunakan sabun yang mengandung pelembap. Untuk anak, pilih pelembap jenis losion, yang lebih nyaman dan tidak lengket di kulit. “Setelah mencuci tangan, juga harus segera pakai pelembap,” tegas dr. Lilik. Mengoleskan pelembap adalah cara nyata melindungi kulit agar senantiasa sehat.

Bila sedang di luar rumah, gunakan hand sanitizer, lalu oleskan pelembap berjenis krim, yang memiliki efek melembapkan lebih kuat. Ini berlaku juga untuk anak. Tentu, pilih pelembab krim yang cocok untuknya.

Jangan lupa, lindungi pula kulit wajah. Gunakanlah pelembap sebelum memakai masker. Pilih pelembap yang cocok dengan jenis kulit kita. Untuk kulit wajah berminyak, sebaiknya pilih pelembab jenis losion, dan untuk kulit kering bisa memilih jenis krim.

Untuk merawat barrier kulit yang sudah rusak, perlu pelembap khusus. Tidak semua pelembap bisa melakukan hal ini. Pelembap yang bisa memperbaiki barrier kulit misalnya yang mengandung Pseudo-Ceramide. “Pseudo-ceramide memiliki kemampuan untuk memproteksi kulit, dan membantu memperbaiki barrier kulit yang rusak karena sering dicuci,” terang dr. Lilik.

Hal ini diamini oleh Medical Affairs Manager Soho Global Health, dr. Melissa Djaja. “Pelembap dengan kandungan Pseudo-Ceramide bermanfaat di dalam membangun struktur lipid yang ada pada lapisan kulit, didukung oleh teknologi MLE® (Multi-Lamellar Emulsion) yang menjadikannya sama persis seperti struktur tiga dimensi pelindung kulit yang ada pada manusia,” tuturnya. Teknologi ini menghasilkan pelembab yang dapat menjadi solusi ideal untuk memperbaiki barrier kulit pada kondisi kulit kering dan sensitif.

Tak hanya kandungan pelembap yang perlu diperhatikan, tapi juga frekuensi penggunaan pelembap. Sering-seringlah mengoleskan pelembap, minimal sehabis mandi dan cuci tangan. Terutama pada mereka yang memiliki bakat kulit kering. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Woman photo created by jcomp - www.freepik.com