Ingin mendapat keturunan merupakan fitrah manusia yang paling mendasar. Maka, pasangan yang sudah sekian tahun menikah tapi belum memiliki keturunan, akan berusaha sekuat tenaga agar punya momongan. Bagaimana dengan suami yang mengidap HIV/AIDS?
HIV (human immunodeficiency virus) menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini, “Selain di pembuluh darah juga ada di sperma,” ujar Prof DR dr Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI, FACP, dari Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS, RS Cipto Mangungkusumo, Jakarta.
ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang berhubungan seksual tanpa pelindung dapat menularkan ke pasangannya. Jika istri hamil dan melahirkan, bayinya berisiko tertular HIV; ini kabar buruk. Kabar baiknya, risiko infeksi HIV pada bayi bisa dicegah.
“Ada metode cuci sperma,” papar dr. Teguh Haryono, dari Unit Pelayanan Terpadu HIV, RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. “Sperma dikeluarkan dan dibersihkan dari HIV. Sperma yang masih hidup dimasukkan kembali ke indung telur ibu yang sudah siap.”
Metode cuci sperma didasarkan pada pemahaman bahwa infeksi HIV terutama terdapat di cairan mani, bukan pada spermanya. Dilakukan teknik memisahkan sperma dari cairan mani.
Hal itu dimungkinkan, dengan cara menuangkan cairan sperma ke dalam mesin pemisah yang memutar dengan sangat cepat. Selama proses itu, HIV secara seksama dipisahkan dari setiap sel sperma.
Selanjutkan cairan didiamkan hingga sperma berenang, lalu dipisahkan antara sperma aktif dan pasif. Sperma aktif kembali melalui prosedur pencucian. Lantas, cairan sperma yang telah dicuci itu disuntikkan ke istri pada masa-masa ovulasi.
Mekanismenya hampir sama dengan inseminasi buatan (intra-uterine insemination / IUI), di mana sperma yang kurang subur diambil dan dibantu dimasukkan ke dalam rahim.
“HIV secara umum tidak mempengaruhi kualitas sperma,” kata dr. Teguh.
Pasangan yang melakukan cuci sperma, diberi obat yang akan menstimulasi ovulasi. Jika ada masalah lain pada kesuburan pasangan, baik pria maupun wanita, akan digunakan prosedur pembuahan lain seperti bayi tabung (in vitro fertilization), di mana sel telur dibuahi sperma di laboratorium.
Tekhik yang awalnya dilakukan di Milan, Italia, ini kini sudah digunakan di banyak negara di dunia. Penelitian menunjukkan, 1000 lebih wanita yang melakukan metode bayi tabung dengan sebelumnya cuci sperma, tertular HIV 0%. Demikian juga dengan bayi yang dilahirkan.
Konsultasi lebih dulu
Pasangan yang hendak melakukan metode cuci sperma, perlu konsultasi lebih dulu. Perlu informasi mengenai jumlah virus (viral load) dalam darah/sperma dan CD 4 (sel darah putih).
Pasangan disarankan tidak melakukan hubungan suami istri tanpa pelindung di masa terapi; pada beberapa kasus bahkan beberapa bulan sebelum terapi. (jie)