Waspada Penyakit Jantung di Usia Muda, Lakukan MCU Rutin

Waspada Penyakit Jantung di Usia Muda - Lakukan MCU Rutin

Penyakit jantung koroner (PJK) dulu identik dengan usia 50 tahun ke atas. Namun kini, sayangnya, penyakit jantung di usia muda makin banyak dijumpai. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (2018), terjadi peningkatan angka kematian di usia muda atau produktif akibat penyakit jantung koroner di Indonesia.

Hal senada disampaikan oleh dr Johan Winata, Sp.JP, Subsp.K. I(K), FIHA dari RS Pondok Indah – Puri Indah. "Banyak anak muda yang saat ini terkena penyakit jantung. Saya sendiri ada beberapa pasien usia 20 tahunan, 30 tahunan," ujarnya, saat dijumpai dalam temu media yang digagas oleh RS Pondok Indah, Senin (27/5/2024).

Menurutnya, ada beberapa faktor mengapa penyakit mematikan tersebut makin kerap dialami oleh anak muda. Salah satunya, kebiasaan buruk merokok. Ia menegaskan, rokok adalah faktor gaya hidup yang paling banyak menyumbang peningkatan angka penyakit jantung di usia muda. Terlebih pada mereka yang mulai merokok pertama kali di usia anak-anak atau remaja.

Faktor lain yang tak kalah penting yaitu pola makan yang kurang baik. makanan yang mengandung gula, garam dan lemak, sah-sah saja dikonsumsi asalkan tidak berlebihan. “Kalau mencicip sedikit dan jarang tidak akan jadi penyakit. Tapi, kalau dimakan setiap hari, bisa jadi penyakit," jelasnya.

Selain kedua faktor gaya hidup di atas, ada faktor lain yang juga berperan cukup penting dala munculnya penyakit jantung di usia muda. “Risikonya bisa makin besar jika disertai dengan faktor genetik. Misalnya seperti terlahir dari keluarga dengan orang tua yang memiliki riwayat penyakit jantung,” tutur dr. Johan.

Deteksi Penyakit Jantung di Usia Muda

Deteksi dini menjadi kunci penting untuk mencegah kematian dini akibat penyakit jantung di usia muda. Lakukanlah medical check-up (MCU) rutin untuk menghindari keterlambatan diagnosis dan penanganan medis.

Skrining kesehatan jantung biasanya meliputi enam pemeriksaan. Yaitu elektrokardiografi, tes treadmill, ekokardiografi CT calcium score, CT angiogram, dan uji kolesterol.

1. Tes treadmill

Tes ini penting untuk menilai kondisi kerja jantung; apakah suplai oksigen dari pembuluh darah koroner ke jantung cukup atau tidak saat jantung membutuhkan banyak oksigen, misalnya saat berolahraga. Ini dilakukan dengan cara berjalan di atas treadmill, yang kecepatannya ditingkatkan secara bertahap. Selama sesi treadmill, dokter akan memantau gambaran EKG, irama jantung, dan tekanan darah.

2 Elektrokardiografi (EKG)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara merekam aktivitas listrik jantung menggunakan elektroda yang tersambung dengan mesin EKG. Tujuannya untuk melihat apakah ada gangguan irama jantung, penebalan otot jantung, penyempitan pembuluh darah koroner, hingga menilai potensi serangan jantung.

3. Ekokardiografi

 Ekokardiografi atau biasa disebut USG jantung menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk untuk melihat kondisi jantung dan katup jantung. Dengan pemeriksaan ini, bisa diketahui bagaimana struktur, ukuran, dan kondisi otot jantung, serta kondisi katup jantung untuk mendeteksi endokarditis, kelainan katup jantung, dampak serangan jantung, hingga penyakit jantung bawaan.

4. CT Calcium Score

Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan alat CT scan, untuk kalsifikasi (plak kalsium) di pembuluh darah coroner. Dengan demikian, risiko penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah jantung bisa dideteksi secara dini.

5. CT Angiogram (CTA)

Pemeriksaan CTA dilakukan untuk melihat apakah ada penyempitan/penyumbatan pada arteri coroner jantung. Sebelum pemeriksaan, dokter akan menyuntikkan cairan kontras, lalu dilakukan pemeriksaan dengan CT scan berkecepatan tinggi (minimal 64 slice).

6. Uji Kolesterol

Pemeriksaan lab juga diperlukan, yaitu uji kadar kolesterol. Kadar kolesterol tinggi meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Pemanfaatan CT Scan dengan AI

CT scan jantung bisa digunakan untuk pemeriksaan calcium score maupun angiogram. Alat CT scan kini semakin canggih, bahkan dilengkapi AI atau kecerdasan buatan, yang membuat pemeriksaan lebih nyaman dan akurat.  The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI misalnya; dengan alat ini, pemindaian hanya membutuhkan waktu 0,23 detik atau satu degub jantung.

Total waktu pemeriksaan jadi lebih singkat yaitu 40 menit termasuk persiapannya. Untuk pemeriksaan dengan CT scan sendiri, tak lebih dari 10 menit. Ini jauh lebih singkat dibandingkan pemeriksaan pada umumnya yang membutuhkan total waktu 60 menit.

Pemeriksaan yang berlangsung cepat tentu lebih nyaman bagi yang menjalaninya. “Dosis radiasi pun lebih rendah, dan dosis cairan kontras lebih sedikit karena scan time lebih singkat,” ungkap dr. Kanovnegara, Sp.Rad, B.Med.Sci, dokter spesialis radiologi RS Pondok Indah – Puri Indah.

Alat canggih ini juga menjawab kebutuhan pasien dengan kondisi medis tertentu yang sebelumnya tidak dapat melakukan pemeriksaan pencitraan dengan CT Scan. Misalnya pasien anak atau orang lanjut usia yang cenderung sulit kooperatif saat menjalani pemeriksaan karena alasan kenyamanan, serta pasien dengan berbagai kondisi medis penyerta seperti gangguan irama jantung (aritmia), memiliki calcium score tinggi, gangguan ginjal, pasien dengan riwayat pemasangan stent/ring jantung, hingga pasien obesitas. Pasien aritmia bisa menjalani pemeriksaan ini tanpa perlu mengonsumsi obat beta blocker (penstabil denyut jantung).

Adapun teknologi AI berperan untuk mengoreksi goyangan/gerakan saat pemeriksaan dengan CT scan. Dengan demikian, bisa didapatkan hasil pemindaian gambaran jantung yang sangat presisi dan jelas. “Hasil pencitraan visual beresolusi tinggi yang dapat meningkatkan akurasi diagnosis dokter,” pungkas dr. Kanovnegara.

Penyakit jantung di usia muda kini makin banyak. Upayakan untuk melakukan MCU rutin, terlebih bila ada riwayat penyakit jantung di keluarga maupun faktor risiko lainnya. Jaga kesehatan jantung dengan memperbaiki gaya hidup. Perhatikan pola makan, cukupi kebutuhan tidur, stop merokok, dan lakukan olahraga rutin 150 menit/minggu. (nid)