Saat pendemi COVID-19 yang belum jelas kapan berakhir, peneliti China melaporkan kemungkinan adanya virus flu babi baru yang berpotensi menjadi wabah. Peneliti mengatakan perlu diwaspadai namun jangan terlalu khawatir.
Virus yang disebut G4 EA H1N1, adalah campuran genetis dari virus flu babi H1N1 yang menyebabkan pandemi pada 2009 lalu. Studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of National Academy of Sciences (29 Juni 2020) menemukan bukti bila virus G4 ini telah menginfeksi pekerja peternakan babi.
China diketahui memiliki sistem pengawasan virus influenza, baik pada manusia, burung dan babi, yang baik. Dalam pengawasan pada virus flu babi dari 2011 – 2018, peneliti menemukan apa yang mereka sebut “genotipe 4 (G4) yang baru saja muncul, yang merupakan virus menyerupai Eurasia avian (EA) H1N1.”
Tetapi tidak ada indikasi bahwa virus menyebar dari orang ke orang. Serta, tes menemukan 10% pekerja (35 dari 338 yang dites) di peternakan babi tersebut telah memiliki antibodi virus tersebut. Mereka yang berusia 18-35 tahun cenderung memiliki antibodi virus G4 EA H1N1. Hingga saat ini belum ada bukti bila virus ini mematikan.
“Perlu dicatat, bahwa sebagian kecil sampel darah dari orang-orang yang diperkirakan melakukan kontak dengan babi sudah memiliki antibodi positif, artinya mereka memiliki virus ini di masa lalu,” kata Ian M. Mackay, asisten profesor di University of Queensland, Australia.
Ringkasnya, tambah Prof. Ian, virus ini telah ada beberapa tahun lalu, dan mampu berpindah dari babi ke manusia. Para pakar penyakit menular mengingatkan bila ia berpotensi menjadi pandemi.
Apa yang terjadi bila manusia terinfeksi?
Prof. Ian menjelaskan hingga saat ini belum cukup bukti untuk dianalisa, tetapi kemungkinan orang yang telah terinfeksi virus ini di masa lalu tidak menganggapnya terlalu bahaya.
“Tidak banyak detail dalam makalah baru ini, tetapi mereka yang dijadikan sampel para peneliti, tidak ada yang mati karena virus ini,” katanya dilansir dari The Conversation.
Tidak ada tanda-tanda bila virus G4 ini menyebar di wilayah China tempat ia ditemukan. “China memiliki sistem pengawasan virus yang sangat baik, dan saat ini kita tidak perlu panik,” tambahnya.
Bagaimana pemerintah merespons?
Para ahli dan peneliti penyakit infeksi di seluruh dunia saat ini waspada tetapi tidak khawatir. Strain virus flu baru selalu muncul dari tahun ke tahun, dan mereka sudah bersiap untuk merespon, dengan memperhatikan bila ada tanda-tanda transmisi dari manusia ke manusia.
Pemerintah Indonesia lewat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) telah meningkatkan kewaspadaan demi mengurangi potensi virus baru ini masuk dan menyebar di Indonesia.
I Ketut Diarmita, Dirjen PKH, mengatakan panyakit babi yang beredar di Indonesia adalah demam babi Afrika atau African swine fever (ASF). "Kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia pada saat ini adalah ASF dan bukan flu babi," kata Ketut dalam siaran pers, Kamis (2/7/2020).
Sementara itu Kementerian Kesehatan menyatakan akan melakukan pengawasan terhadap kemungkinan adanya penyebaran penyakit tersebut.
“Puskesmas bersama Dinas Peternakan bersama-sama melakukan kajian epidemiologi kalau di suatu daerah mungkin ada,” kata dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dilansir dari Antara.
Namun dr. Nadia mengatakan, Kemenkes dan Kementerian Pertanian belum menemukan potensi serangan virus G4 baik pada hewan maupun ke manusia. Dia mengatakan virus itu adalah penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya dan telah dinyatakan sebagai influenza biasa oleh WHO.
“Vaksinnya juga sudah ada. Pertama vaksin hewan kemudian vaksin pada manusia jika diperlukan,” kata dr. Nadia. (jie)