Varian baru virus corona B117, yang sebelumnya diketahui lebih cepat menular, ternyata juga berkaitan dengan peningkatan risiko kematian hingga 64%, menurut penelitian baru dalam British Medical Journal.
Ilmuwan dari University of Exeter dan University of Bristol, Inggris menganalisa data lebih dari 100.000 pasien COVID-19 di Inggris antara Oktober 2020 - Januari 2021. Mereka membandingkan tingkat kematian pasien yang terinfeksi varian B117, dengan mereka yang terinfeksi dari jenis sebelumnya.
Riset tersebut menunjukkan mereka yang terinfeksi varian B117 punya kemungkinan antara 32% - 104% lebih tinggi untuk meninggal. Peneliti menterjemahkannya menjadi perkiraan sentral 64%.
“Dalam komunitas, kasus kematian COVID-19 tergolong jarang, tetapi varian B117 meningkatkan risikonya. Berbarengan dengan kemampuan penyebarannya yang lebih tinggi, ini membuat B117 harus dipahami sebagai ancaman serius,” kata Robert Challen, penulis utama penelitian tersebut, melansir CNBC.
Varian baru virus corona dari Inggris ini menyebabkan 227 kematian dari sampel 54.906 pasien. Itu dibandingkan dengan 141 kematian pada jumlah yang kurang lebih sama dari pasien yang terinfeksi varian lain.
Otoritas kesehatan Inggris mengidentifikasi varian B117 yang menyebar lebih mudah dan cepat dari jenis lainnya pada musim gugur 2020. Sejak itu telah menyebar ke bagian dunia lai, termasuk AS, yang telah mengidentifikasi 3.283 kasus di minggu lalu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Direktur CDC, dr. Rochelle Walensky mengatakan bahwa varian corona B117 diperkirakan sekitar 50% lebih mudah menular dan data awal menunjukkan bisa sampai 50% lebih ganas, atau mematikan. CDC memperingatkan bahwa B117 bisa menjadi varian dominan di AS.
Varian B117 telah menyebar luas ke lebih dari 50 negara di dunia, termasuk Indonesia. Ini berarti semua orang perlu semakin berhati-hati, dan semakin ketat melakukan upaya pencegahan.
B117 di Indonesia
Varian virus corona B117 sudah ditemukan di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Jawa Barat (Karawang), Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur (Balikpapan), Sumatera Utara (Medan) dan Sumatera Selatan (Palembang). Beberapa kasus di antaranya tercatat sejak Januari lalu.
Dua kasus pertama varian virus corona B117 di Indonesia dilaporkan ditemukan di Karawang bertepatan dengan satu tahun pandemi COVID-19 di Indonesia. Menurut laporan, kedua kasus tersebut ditemukan pada dua TKW yang baru saja tiba dari Arab Saudi.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof. Amin Subandrio menyebut, total enam sampel virus corona varian B117 di Indonesia. Ia mengatakan hingga saat ini belum ada data yang cukup kuat untuk menyimpulkan varian B117 sudah mendominasi. Dari lebih 500 sampel yang di-sequens, baru ada enam laporan virus corona varian B117.
Dalam kesempatan berbeda, peneliti genomik molekuler Riza Arief Putranto mengatakan bahwa varian B117 dari Inggris ini berpotensi menggantikan varian corona dominan saat ini.
"B117 itu lebih cepat, kemungkinan besar hampir peneliti-peneliti besar di dunia memprediksi varian ini akan menggantikan varian yang dominan saat ini," kata Riza.
"Kalau dia dominan, lebih cepat, risikonya apa, akan lebih banyak orang ke rumah sakit, akan berulang lagi siklus yang kita alami di awal dulu pandemi," tambahnya. (jie)