Dengan adanya tren penambahan kasus aktif yang berdampak pada penuhnya kapasitas tampung rumah sakit, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, akan memberlakukan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seperti di awal pandemi. Sementara di belahan dunia lain uji klinis vaksin COVID-19 oleh AstraZeneca terpaksa dihentikan sementara setelah seorang partisipan diketahui sakit.
Pada konferensi pers yang berlangsung Rabu (9/9/2020), Anies Baswedan menjelaskan bila Pemprov DKI Jakarta akan menarik “rem darurat” dengan memberlakukan kembali PSBB, untuk menahan laju pertambahan kasus COVID-19 di Jakarta. PSBB penuh akan dimulai pada Senin (14/9/2020).
Keputusan ini didasarkan tren kasus aktif dan kematian yang terus bertambah sejak pertengahan Agustus – September. “Per 9 September secara komulatif di Jakarta talah mencapai angka 49.837 kasus, dan ada 1347 kasus meninggal. Kalau melihat tingkat kematian di Jakarta memang rendah, yaitu 2,7%, lebih rendah dari nasional di angka 4,1%. Tetapi jumlah absolut kematian harian bertambah sejak pertengahan Agustus – September,” kata Anies.
Sebagai informasi, pemprov DKI Jakarta menyiapkan 190 rumah sakit (67 di antaranya adalah RS rujukan) dengan total tempat tidur sebanyak 4053 untuk merawat pasien COVID-19. Dari jumlah tersebut, 77% tempat tidur sudah terpakai.
“Pemprov tengah berusaha menaikkan jumlah kamar hingga 20% bekerja sama dengan RS swasta, menjadi 4807. Tetapi jika tidak dilakukan pembatasan ketat (PSBB) maka pada Oktober pun akan penuh,” imbuh Anies. Hal yang sama juga terjadi pada kapasitas tampung ICU.
“Berasarkan angka kematian, keterpakaian tempat tidur isolasi, dan kerterpakaian ICU khusus COVID-19 menunjukkan bahwa situasi wabah di Jakarta ada dalam situasi darurat. Tidak ada banyak pilihan bagi Jakarta kecuali menarik rem darurat sesegera mungkin. Kita terpaksa menerapkan PSBB seperti pada awal pandemi.”
Ini berarti kegiatan perkatoran dilarang beroperasi (dialihkan bekerja dari rumah), kecuali di 11 bidang usaha yang sejak awal pandemi tetap boleh beroperasi (dengan operasional minimal). Tempat hiburan akan ditutup (termasuk Ancol, Ragunan, Monas dan taman kota), sementara usaha makanan tetap boleh beroperasi tetapi tidak boleh dimakan di tempat.
Kegiatan sekolah tetap dilaksanakan di rumah. Untuk kegiatan peribadahan, disarankan beribadah dari rumah. Namun begitu rumah ibadah warga sekitar tetap diperbolehkan dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Transportasi publik dibatasi dengan ketat jumlah dan jam operasionalnya. Aturan lalu-lintas ganjil genap semantara ditiadakan.
Uji klinis vaksi ditunda
Sementara di belahan dunia lain di tengah penantian vaksin COVID-19, uji klinis fase terakhir vaksin yang dikembangkan AstraZeneca dan Universitas Oxford dihentikan sementara, setelah seorang partisipan di Inggris mengalami efek samping yang membuatnya sakit.
AstraZeneca menggambarkannya sebagai penghentian ‘rutin’ pada kasus ‘sakit yang tidak bisa dijelaskan’. Mereka tidak mengungkapkan informasi apa pun tentang efek samping kecuali menyebutnya “penyakit yang berpotensi yang tidak dapat dijelaskan.”
Uji klinis fase III ini melibatkan sekitar 30 ribu partisipan di Inggris, AS, Brazil dan Afrika Selatan.
Dilansir dari BBC, semua situs uji klinis internasional telah dihentikan sementara, dan penyelidikan independen dilakukan untuk mengevaluasi keamanannya, sebelum regulator memutuskan apakah uji klinis bisa dimulai lagi.
“Dalam uji coba skala besar, penyakit akan muncul secara kebetulan tetapi harus ditinjau secara independen untuk memeriksanya dengan hati-hati,” ujar juru bicara Universitas Oxford.
Ini adalah kali kedua uji klinis vaksin COVID-19 yang dikembangkan Oxford dan AstraZeneca ditunda. Merupakan hal rutin terjadi pada percobaan besar, dan terjadi setiap kali partisipan dirawat di rumah sakit ketika penyebab sakitnya tidak segera terlihat.
“Kami sedang bekerja untuk mempercepat peninjauan kejadian tunggal ini untuk meminimalkan dampak yang bisa ditimbulkannya pada jadwal uji coba,” kata juru bicara AstraZeneca. (jie)