Tubuh Ibu Menolak Sperma Suami Sebabkan Keguguran
Keguguguran Alergi Sperma

Tubuh Ibu Menolak Sperma Suami

Sistem kekebalan tubuh ibu bisa menganggap sperma sebagai benda asing. Penolakan ada yang bisa ditoleransi (fetomaternal toleransi), ada yang tidak. Pada yang pertama, sel telur ibu mudah bertemu sperma sehingga terjadi ovulasi (pembuahan). Sebaliknya, tubuh ibu yang tidak memiliki kemampuan toleransi baik, dalam arti  antibodi antispermatozoa (ASA)-nya tinggi, sistem kekebalan tubuh akan menolak sperma yang masuk. Terjadi infertilitas atau keguguran.

Bila antibodi spermatozoa terkena pada bagian ekor, akan menyebabkan sulit berenang untuk bertemu sel telur. Bila yang kena bagian kepala sel sperma, akibatnya sulit membuahi sel telur. Yang menarik, ASA bersifat spesifik. “Seorang perempuan bisa tidak toleran terhadap sperma suami, tapi toleran terhadap sperma yang lain,” jelas dr. Indra Gusti Mansur, DHES., Sp.And.

Belum ditemukan gejala klinis yang berhubungan dengan kadar ASA tinggi. Umumnya mereka daya tahan tubuhnya kuat,  jarang sakit. Tubuh mereka memproduksi banyak antibodi; selain antibodi terhadap sperma, juga terhadap penyakit. Dan mereka yang alergi, sistem imunnya hipersensitif. “Reaksi tubuh terhadap sperma lebih tinggi, dibandingkan yang tidak alergi,” ujar dr. Indra.

Selain membuat pasangan sulit hamil, ASA bisa dicurigai pada wanita yang kerap keguguran. Misalnya, daya tahan tubuh ibu sedang rendah lalu pasangan mengajak berhubungan; kebetulan sedang dalam masa subur. Ia bisa hamil. Ketika daya tahan tubuh kembali baik, tubuhnya kaget dan mengenali ada benda asing yaitu janin. Janin diserang hingga ibu perdarahan dan akhirnya keguguran.

Pasangan yang telah punya anak tapi sulit punya anak lagi dengan pasangan yang sama, mungkin juga menderita ASA. Bisa jadi, anak lahir karena faktor keberuntungan. Pada kehamilan selanjutnya, sel sperma dihalau oleh antibodi yang sudah terbentuk.

Ada obatnya

Pengobatan yang diberikan, yakni menekan sistem imun dan melemahkan aktivitas antibodi. Caranya, melalui imunisasi dengan sel darah putih suami atau PLI (paternal leukocyte immunization). Bila darah pria mengandung virus atau penyakit menular, tidak boleh digunakan. Bisa digunakan darah dari saudara kembar, saudara kandung atau orangtua. “Sel darah putih diambil sesaat sebelum imunisasi,” kata dr. Indra.

Efek PLI tidak permanen, hanya 6 bulan. “Untuk kehamilan berikutnya, harus kembali melakukan PLI,” ujarnya.

Bisa dengan obat imunosupresor (penekan sistem imun). Cara ini jarang dilakukan karena begitu obat tidak ada, sistem imun bisa ‘meledak-ledak’. Perlu pemeriksaan seksama untuk menentukan, pengobatan cukup dengan PLI, dengan obat imunosupresor, atau kombinasi keduanya.