Tendinitis, Radang Urat yang Menurunkan Performa
tendinitis

Tendinitis, Radang Urat yang Menurunkan Performa

Di ujung-ujung persendian terdapat kelompok otot yang disebut tendon, atau istilah awamnya urat. Jaringan tendon bersifat elastis sekaligus keras untuk menahan beban. Bila terjadi peradangan pada tendon (tendinitis/tendinopati), muncullah rasa nyeri yang makin lama makin tak tertahankan.

“Tendinitis berhubungan dengan aktivitas tubuh yang berlebihan, repetitif atau dilakukan berulang-ulang, posisi tubuh yang tidak biasa dan banyak tekanan,” tutur dr. Laura Djuriantina, Sp.KFR. Akibatnya, terjadi regangan pada tendon secara terus menerus, dan lama kelamaan terjadi inflamasi (radang). Muncullah nyeri.

Dalam jangka panjang, bisa terjadi proses kalsifikasi (penumpukan kalsium) di tendon, yang membuat nyeri terasa terus menerus. Aktivitas dan gerak tubuh pun terhambat, dan ujungnya, kualitas hidup menurun. Terlebih, tendinitis banyak dialami oleh usia muda hingga pertengahan (30-50 tahun) yang merupakan usia produktif. Tentunya, gangguan ini akan menghambat kinerja dan performa kerja.

Tendinitis bisa bersifat akut, bisa kronis. “Pada kondisi akut, biasanya muncul semua gejala radang: kemerahan, bengkak, panas dan gangguan fungsi,” ujar dr. Laura. Pada kondisi kronis (>1 bulan), umumnya yang terjadi adalah keterbatasan gerak. Misalnya terjadi pada bahu, “Maka bahu yang seharusnya bisa terbuka lebar, diangkat sedikit saja sudah kesakitan.”

Melalui gambaran radiologis pada kondisi kronis, tampak tendon menebal dan putih-putih seperti ada ‘tulang tumbuh’. “Sesungguhnya itu bukan tulang, melainkan kalsifikasi yang terjadi di celah-celah tendon. Yang ditakutkan bila sampai terjadi ruptur (robekan) pada tendon,” tuturnya. Pada kasus seperti itu, biasanya dibutuhkan tindakan pembedahan.

 

Bagian tubuh yang rentan

Salah satu bagian tubuh yang paling sering terkena tendinitis yakni tendon Achilles di daerah tumit. “Nyerinya luar biasa hingga pasien sulit tidur karena terasa berdenyut. Biasanya terjadi akibat cedera olahraga,” terang dr. Laura.

Suprastinatus tendinitis (keluhan di sekitar sendi bahu) juga banyak terjadi. Keluhan utamanya, bahu terasa nyeri saat digerakkan ke atas atau saat berbaring pada sisi bahu yang mengalami radang. Bahu merupakan sendi yang paling bebas bergerak: ke depan, belakang, atas, bawah, samping. Bila terjadi tendinitis, gerakan jadi terbatas.

Yang juga banyak terjadi yakni golfer/tennis syndrome (lateral epiconylitis), atau nyeri pada siku, dan biasanya sampai menjalar hingga ke lengan bawah. “Ini bisa terjadi pada pemain tenis atau golf yang tidak melakukan pemanasan atau salah melakukan gerak. Perempuan yang biasa menenteng tas dengan bertumpu pada siku, juga bisa terkena,” papar dr. Laura.

Adapun pemain basket dan atlet yang sering melakukan aktivitas loncat, berlari atau menendang, rentan terhadap patellar tendinitis; biasanya terjadi akibat stres/tekanan berulang pada daerah lutut. “Gerakan menunduk atau menekuk, dan meregang yang terus menerus, memicu peradangan di tendon yang menghubungkan tempurung dengan tulang kering,” jelasnya.

 Yang kelima tersering yakni De Quervain’s tendonitis, terjadi pada pangkal ibu jari. Sering terjadi pada ibu rumah tangga akibat melakukan gerakan repetitif seperti memeras cucian atau santan sehingga tendon meregang. Juga pada dokter gigi karena melakukan pencabutan gigi sehingga tendon tertarik. “Bila ibujari ditarik ke bawah, sakitnya luar biasa,” ujar dr. Laura.

Ada berbagai pilihan modalitas terapi untuk tendinitis, simak dalam artikel berikutnya. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Background photo created by freepik - www.freepik.com