sekolah kembali dibuka pembelajaran tatap muka dimulai
sekolah kembali dibuka pembelajaran tatap muka dimulai

Sekolah Dibuka Kembali, Pembelajaran Tatap Muka Dimulai, Apa yang Perlu Diperhatikan?

Pemerintah telah memutuskan membuka kembali sekolah dan melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) di daerah PPKM dengan level 1-3. Tetap perlu diwaspadai risiko penularan COVID-19 tetap ada, walau dengan vaksinasi. Sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan tertentu.  

Sebelumnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim menjelaskan bila seluruh sekolah berada di daerah menerapkan PPKM Level 1-3 bisa mengadakan PTM terbatas.

Selain itu, vaksinasi terhadap terhadap murid tak menjadi syarat bagi sekolah untuk menggelar pembelajaran tatap muka terbatas.

"Saya ingin melakukan klarifikasi dan mohon dukungan. Saat ini yang boleh melakukan (pembelajaran) tatap muka adalah semua di PPKM Level 1-3 dan vaksinasi tidak menjadi kriteria atau harus menunggu vaksinasi dulu untuk boleh," ujar Nadiem saat itu.

Nadiem menjelaskan syarat vaksin untuk menggelar PTM terbatas hanya diberlakukan untuk guru dan tenaga pendidik bagi sekolah berada di daerah PPKM Level 1-3. Terutama bagi tenaga pendidik atau guru berada di kota besar seperti DKI Jakarta dan Surabaya.

Namun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) berpandangan lain. Dalam salah satu butir di surat berjudul Pandangan IDAI terkait Pembukaan Sekolah, Pemuktahiran Agustus 2021 mengatakan syarat anak boleh mengikuti sekolah tatap muka untuk anak dengan usia yang sudah diwajibkan mendapat vaksin COVID-19 (usia >12 tahun) adalah harus sudah divaksin.

“Keputusan pembukaan sekolah dibuat secara berkala melalui evaluasi mingguan. Sekolah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, dinas kesehatan dan dinas pendidikan memutuskan membuka/menutup sekolah dengan memperhatikan kasus harian,” tulis surat yang ditandatangani oleh Ketua Umum IDAI Prof. Dr. dr. Aman B Pulungan, SpA(K) dan Sekretaris Umum IDAI dr. Hikari Ambara Sjakti, SpA(K) ini.

IDAI juga meminta untuk mempertimbangkan menghentikan kegiatan tatap muka dan mengganti dengan kegiatan yang sesuai, berdasarkan hasil keputusan oleh berbagai pihak, termasuk orangtua, guru, pemerintah daerah, dinas kesehatan dan dinas pendidikan. Kelas atau sekolah dapat dibuka kembali jika sudah dinyatakan aman.

Komisioner Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti dalam kesempatan berbeda berpandangan pada anak yang belum vaksin yang mengikuti PTM, setidaknya orangtua atau wali murid sudah divaksin.

Dengan orang sekitar anak sudah mendapatkan vaksinasi, setidaknya Retno menyebutkan, akan membuat anak menjadi aman.

Berdasarkan survei yang dilakukan KPAI ada 88% anak usia 12-17 tahun bersedia untuk divaksin COVID-19. Survei dilakukan kepada 86.286 responden dari jenjang SD/MI, SMP/Mts, MA/SMA/SMK dan Sekolah Luar Biasa (SLB).

Namun, hasilnya menyatakan baru 36% responden yang sudah mendapatkan vaksinasi, sedangkan 64% belum mendapatkan vaksinasi.

Pentingnya memerhatikan VDJ

Dalam situasi pandemi, memang tidak ada satupun situasi yang 100% benar-benar aman dari penularan COVID-19. Namun untuk meminimalkan risiko paparan corona, selain dengan protokol kesehatan 5M, penting memperhatikan faktor ventilasi-durasi-jarak (VDJ).

Melansir Elpais.com, berdasarkan panduan yang diterbitkan oleh Spanish National Research Council (CSIC) bila ruangan memiliki ventilasi baik (jendela, pintu dibuka), durasi dikurangi menjadi 1 jam dan siswa sedikit risiko penularan di sekolah rendah. Peneliti mencatat masih ada risiko penularan, walau hanya 4%.

Risiko naik manjadi sedang bila sirkulasi udara tertutup (tanpa udara segar) dengan durasi kelas 2 jam, walau semua orang di kelas memakai masker. Masih ada risiko penularan acak hingga 20%.

Risiko penularan tinggi saat PTM dilakukan selama 2 jam tanpa protokol kesehatan – dijalankan tanpa masker, jaga jarak – dan ventilasi tertutup. Risiko penularan sekitar 50%.

Risiko penularan juga bisa dikurangi bila sekolah bisa menerapkan sistem ‘bubble (gelembung)’. Yakni hanya memakai sekelompok kecil terdiri dari guru dan beberapa murid yang selalu sama. Tidak ada pergantian murid atau guru selama pandemi. Tetapi tetap perhatikan protokol kesehatan dan konsep VDJ.

Dengan menerapkan konsep VDJ maka disarankan untuk membuka jendela/pintu kelas, gunakan HEPA filter bila tidak memungkinkan ventilasi alami, kelas di ruangan terbuka.

Memperpendek durasi belajar hari dan jam (waktu) sekolah tatap muka. Jarak duduk antar siswa diatur dengan mengurangi kapasitas murid yang masuk, menghindari kontak fisik dan penggunaan barang bersama. Serta mencegah kerumunan dengan mengatur jam datang dan pulang. (jie)